Lihat ke Halaman Asli

Shabrina Nawal Fitah

Seorang mahasiswi aktif di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tari Sufi dalam Aspek Tasawuf

Diperbarui: 4 Desember 2023   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tari sufi dikenal dengan gaya tariannya yang unik dimana penari berputar secara terus menerus tanpa rasa pusing. Tari ini berasal dari Turki dan diciptakan oleh Jalaluddin Rumi, seorang filsuf sekaligus penyair asal Persia. Lalu, apakah tari diperbolehkan? Dalam ajaran islam, tari diperbolehkan selama sesuai dengan kaedah dan konteks ajaran Islam dan tidak adanya unsur penyimpangan di dalamnya.

Tarian ini diciptakan sebagai bentuk meditasi dan kecintaan orang-orang sufi pada Allah. Tari Sufi juga saling berkaitan dengan tasawuf. Tarian ini melibatkan ruh dan qalbu. Mereka memerlukan kefokusan dan ketenangan dalam menari agar rasa kasih dan cintanya tersampaikan. Dan dengan meditasi via menari ini, diharapkan keimanannya telah sampai pada kesempurnaan dan dapat menghilangkan hal-hal keji di dalam jiwa seperti rasa ego, nafsu, dan hasrat.

Karena fokusnya orang sufi dalam melakukan Tari Sufi dan sampainya iman dalam kesempurnaan, mereka merasa tenang dan tubuh mereka menari di luar kesadaran sehingga itu juga merupakan alasan mengapa mereka tidak merasakan pusing saat menari. Apabila mereka tidak fokus dan salah sedikit bisa menimbulkan tabrakan antar penari dan jatuh. Ini bagaikan tiga unsur kepribadian muslim dimana Islam, Iman, dan Ihsan harus seimbang agar. Jika salah satunya menurun atau hilang kendali, maka begitu juga pada kepribadian muslim yang mana akan jatuh dan dapat terjauhi dari kesempurnaannya iman dan rasa kasih Allah.

Karena itulah orang sufi melakukan pendekatan diri kepada Allah dengan cara menari juga. Selain itu, tujuan Tari Sufi juga untuk mempertahankan praktikum ajaran Islam yang bermaksud untuk menahan gempuran sekularisasi yang sangat kuat di Turki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline