Lihat ke Halaman Asli

Shabrina Huziefa Hamid Badyari

SMA LABSCHOOL CIBUBUR

Penyetaraan Gender bagi Kaum Wanita Masih Sering Dipermasalahkan di Indonesia, Apa Negara kita Baik-baik Saja?

Diperbarui: 14 Oktober 2023   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com

Cobalah kita bertanya kepada diri kita sendiri sebenarnya apakah yang dimaksud dengan penyetaraan gender? Penyetaraan gender adalah sebuah perilaku atau tindakan yang tidak membanding-bandingkan gender yang satu dengan gender yang lainnya. Penyetaraan gender penting untuk dilakukan salah satu alasannya ialah guna mencegah terjadinya perasaan tidak nyaman antar satu gender dengan gender yang lain. Lantas, apakah penyetaraan gender penting bagi masyarakat Indonesia?

Penyetaraan gender sendiri sudah dilakukan sedari dahulu kala, lebih tepatnya sejak tahun 1908 dimana pahlawan tercinta kita, yaitu R.A Kartini yang memulai pergerakan untuk menyetarakan emansipasi wanita di Indonesia sehingga pada tanggal 21 April setiap tahun diperingati sebagai hari kartini yang diadakan guna untuk memperingati pergerakan yang sudah dilalui dan diperjuangkan oleh pahlawan kita. 

Penyetaraan gender tidak hanya dilakukan oleh R.A Kartini saja namun banyak pahlawan yang memperjuangkan penyetaraan gender di Indonesia yaitu Raden Dewi Sartika yang mendirikan sekolah untuk menyetarakan pendidikan kaum wanita dan pria, Cut Nyak Dhien yang mengikuti perang bersama para pahlawan pria untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Maria Wilanda Maramis yang mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) pada tahun 1917, Nyai Siti Walidah Ahmad Dahlan yang mendirikan kelompok belajar khusus wanita  yaitu Aisyiyah yang mempelajari mengenai agama islam. Serta banyak pahlawan lainnya yang juga memperjuangkan hak emansipasi wanita di Indonesia.

Lalu, mengapa penyetaraan gender kerap menjadi permasalahan yang masih tidak terselesaikan padahal para pahlawan sudah mengadakan pergerakannya sedari dahulu kala? Dilansir dari artikel yang terdapat dalam website kkn.undip.ac.id “Salah satu penyebab kondisi ini adalah kesadaran masyarakat akan urgensi kesetaraan gender yang masih sangat minim. Budaya patriarki yang melekat kuat dan berbagai diskriminasi pada perempuan seperti subordinasi, marginalisasi, maupun pemberian stereotype juga turut menghambat terciptanya kesetaraan yang diinginkan.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa edukasi masyarakat mengena penyetaraan gender sebenarnya belum merata akibat budaya patriarki yang masih merajalela di Indonesia.

Dengan penyetaraan gender yang belum sepenuhnya setara Indonesia tentunya menjadi tantangan yang sangat besar terutama pada kaum wanita, karena hal tersebut menyababkan pergerakan wanita yang begitu terbatas dalam mengekspresikan diri seutuhnya. Sehingga hal ini yang menyebabkan banyaknya terjadi perdebatan dan demo yang dilakukan oleh banyak aktivis perempuan, seperti salah satunya yang terjadi pada tahun 2018 silam dimana saat perilisan RUU KUHP terjadi, para aktivis tersebut menggunakan hak untuk menyuarakan suara mereka di depan gedung DPR karena undang-undang tersebut dinilai sangat diskriminatif kepada kaum wanita.

Gender equality is a human fight, not a female fight. -Frieda Pinto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline