Lihat ke Halaman Asli

Shabirin Arga

Penulis, Pengamat Sosial dan Politik

Obsesi dan Rasional, Potret Peradaban Sepak Bola Kita

Diperbarui: 2 Oktober 2022   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Tadi malam saya baca sebuah berita yang baru tayang di sebuah media online, tepatnya tanggal 1 oktober 2022. Baca judulnya membuat saya menghembuskan nafas dengan tidak biasanya. Saya buka media sosial, pristiwanya memang lagi viral dan trending topik.

Dalam perjalanan Jakarta-Bandung, masih ada yang meresahkan hati ini, saya mencoba menuliskannya, agar kita menemukan titik balik dari sebuah peristiwa, apakah kita akan terus membiarkannya, atau ada panggilan hati untuk meneruskan tulisan ini untuk kita renungi kembali tentang arti sebuah pertandingan.

Sebuah Kompetisi sepak bola yang berujung hilangnya nyawa manusia, hal ini tidak hanya terjadi sekali, dua kali, dan bahkan sudah beberapa kali. 

Pertandingan terakhir, antara Arema-Persebaya, berdasarkan data yang saya dapat ada 127 orang meninggal. 2 di antaranya anggota Polri. 

34 meninggal di stadion Kanjuruhan. 93 meninggal di rumah sakit. Jika meminjamkan gaya komunikasi Pak SBY Presiden ke 6 untuk menggambarkan situasi saat ini, Tragis Bukan??

Tragedi sepak bola Indonesia memang mengerikan, seakan-akan telah menjadi budaya diantar dua klub yang saling bermusuhan, dendam kusumat yang begitu tajam, dan begitulah cara bangsa ini menghargai nyawa manusia. 

Siapa orang yang paling bertanggung jawab atas pristiwa ini? Apakah akan ada yang mengatakan bahwa ini adalah tragedi yang terjadi begitu saja?

Pertama, Kalau tidak ada yang bertanggungjawab, dari sisi mana bangsa ini akan melakukan evaluasi? Hal yang paling kecil yang mesti kita lakukan adalah tentang menemukan kesadaran makna menghargai satu nyawa manusia. 

Pertandingan sepak bola bukan sekedar kompetisi, perlunya menghadirkan pikiran dan hati, biar lebih menjadi manusia rasional dalam menyikapi sebuah pertandingan dan sebenarnya apa peran kita sebagai sporter. 

Kalau rasional kita hadir, bagaimana mungkin kita bisa menukarkan durasi pertandingan sepak bola selama 90 menit dengan nyawa manusia? Dimana kalkulasi dan nilainya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline