Lihat ke Halaman Asli

Shabina F

A Copy of My Mind

Membicarakan Cinta

Diperbarui: 26 April 2021   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Shamia Casiano dari Pexels

Selama 25 tahun hidup di dunia, ada satu pertanyaan yang selalu berada di benak saya: "is there such a thing as a perfect romantic relationship?" 

Kenapa orang yang saling cinta lalu bisa berpisah begitu saja bahkan kadang berakhir dengan benci, tanya saya. Saya tahu kesempurnaan hanya milik Tuhan --tetapi dengan segala fantasi tentang percintaan yang dituangkan dalam buku ataupun film, apakah di kehidupan nyata cinta abadi benar adanya? 

Ibu saya pernah mengatakan, kalau mau ngerti tentang cinta, kamu harus sering jatuh dan patah hati. Jika dibandingkan dengan teman-teman sebaya, saya sendiri termasuk telat dalam menjalani hubungan percintaan yang berkomitmen. 

Hubungan yang sedang saya jalani sejak 4 tahun yang lalu hingga kini merupakan yang pertama untuk saya. Jadi dapat dikatakan, saya begitu awam dan cenderung naif dengan konsep hubungan percintaan itu sendiri. 

Sekitar setahun yang lalu, saya mengikuti kelas perkuliahan tatap muka bersama salah satu dosen favorit saya, Miss Feby. Beliau mengungkapkan satu fakta yang cukup membuat saya berpikir: tingkat perceraian di Jakarta terus meningkat pesat ketika perkembangan teknologi justru semakin mempermudah proses komunikasi. 

Padahal, jika kita membaca artikel atau buku mengenai tips menjalani hubungan percintaan, kerap disebutkan bahwa "communication is the key". Komunikasi adalah kunci dalam hubungan. Jika begitu, mengapa kini di saat komunikasi semakin mudah untuk dilakukan, tetapi kasus perceraian dan perpisahan semakin banyak dan lumrah terjadi? 

Berangkat dari rasa penasaran saya itu, dalam tulisan ini saya akan sedikit menelisik lebih dalam tentang hubungan percintaan dan konflik yang terjadi di dalamnya berdasarkan ilmu komunikasi interpersonal.

Julia T. Wood dalam bukunya "Interpersonal Communiacation: Everyday Encounters" (2010) mendefinisikan hubungan romantis yang berkomitmen sebagai hubungan antar individu yang menganggap bahwa mereka akan menjadi bagian utama dan berkelanjutan dari kehidupan satu sama lain, diciptakan dan dipertahankan oleh seseorang yang tidak dapat digantikan, melibatkan perasaan romantis dan seksual - yang tentunya bukan bagian dari hubungan dengan rekan kerja, teman, tetangga, dan anggota keluarga. Hubungan ini biasanya berkembang melalui tiga kategori fase, yaitu growth, navigation, dan deterioration (Mongeau & Henningsen, 2008). 

Kategori pertama adalah growth, menandakan enam tahap yang menandai keintiman progresif. Tahap ini awalnya dimulai dari invitational communication hingga pada akhirnya timbul komitmen antar kedua pasangan. 

Selanjutnya adalah navigation yang merupakan proses berkelanjutan untuk tetap berkomitmen dan menjalani hidup bersama meskipun ada pasang surut, dan "kejutan" yang menyenangkan maupun tidak. Pasangan terus-menerus menyesuaikan diri, mengatasi masalah baru, meninjau kembali masalah lama, dan mengakomodasi perubahan dalam kehidupan individu dan relasional mereka. 

Terakhir adalah deterioration atau kemundurungan hubungan --fase yang tentu tidak diharapkan semua pasangan, the make or break moment of a relationship. Di sinilah ketika hubungan menjadi semakin buruk, bahkan pilihan untuk mengakhiri hubungan seolah menjadi opsi yang paling memungkinkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline