Bakat adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dimana kemampuan tersebut sudah melekat pada dirinya secara alamiah, yang masih memerlukan pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud. Melalui pendidikan atau latihan-latihan tertentu bakat tersebut dapat berkembang dan diaktualisasikan menjadi satu kemampuan atau kecakapan yang nyata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata bakat diartikan sebagai kepandaian, sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, bakat disebut sebagai “talent” yang berarti kemampuan alami seseorang yang luar biasa dan kemampuan diatas rata-rata akan sesuatu hal.
Menurut Munandar (1999), bakat adalah kemampuan bawaan seseorang yang merupakan potensi yang masih perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud. Sedangkan menurut Given (2007) bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain. Seseorang yang berbakat di bidang musik misalnya, setiap orang dapat bernyanyi, akan tetapi tidak semua orang punya kemampuan bernyanyi yang baik. Seseorang yang berbakat di bidang musik, anak memiliki kemampuan bernyanyi yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki bakat dibidang musik. Sehingga untuk bisa merealisasikan bakat yang dimiliki, harus ditunjang dengan minat, latihan, pengetahuan, pengalaman agar bakat tersebut dapat teraktualisasikan secara optimal.
Apabila bakat dibiarkan saja tanpa adanya usaha untuk mengembangkannya, maka bakat tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam kehidupan seseorang. Bakat akan seperti halnya benda mati yang tidak memiliki kekuatan apapun apabila tidak dikembangkan. Oleh karena pembinaan dan pelatihan menjadi sarana untuk menghidupkan dan mengembangkan bakat agar menjadi potensi yang dapat dibanggakan dalam diri individu.
Keberbakatan memiliki kemampuan atau kapasitas yang berbeda pada masing-masing individu, begitu pula dengan anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan baik dari segi fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan terhadap proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusianya sehingga anak memerlukan layanan pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuhannya agar dapat berkembang secara optimal.
Pada umumnya sebagian besar masyarakat berpikir bahwa anak berkebutuhan khusus tidak memiliki bakat yang dapat dikembangkan. Hal ini dikarenakan bahwa masyarakat hanya melihat pada hambatan atau kekurangan yang dimiliki sehingga memiliki pandangan bahwa anak berkebutuhan khusus tidak memiliki bakat atau kemampuan seperti anak-anak pada umumnya. Akan tetapi pada dasarnya anak berkebutuhan khusus memiliki hak dan kesempatan yang sama seperti anak-anak lainnya yaitu memiliki bakat dalam dirinya yang perlu dikembangkan. Bakat yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus sangat penting untuk dikembangkan secara tepat sesuai potensi yang dimiliki oleh anak agar dapat memberikan kebermanfaatan untuk dirinya, keluarga, dan masyarakat luas. Untuk dapat mengembangkan bakat pada anak berkebutuhan khusus tentu membutuhkan peran, dukungan serta stimulus dari berbagai pihak, termasuk peran orangtua anak berkebutuhan khusus.
Dalam hal ini, orangtua memiliki peranan penting serta tanggung jawab untuk dapat mengeksplorasi dan mengembangkan bakat yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus, karena orang tua memiliki kesempatan dan posisi paling strategis dalam penemuan bakat anak sedini mungkin dan mengembangkannya hingga mencapai potensi tertinggi.
Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh orangtua dalam mengembangkan bakat pada anak berkebutuhan khusus adalah dengan memberikan apresiasi pada setiap proses dan progres yang telah dialami oleh anak. Apresiasi merupakan penilaian atas suatu usaha atau pencapaian yang telah diperoleh oleh seseorang. Bentuk-bentuk apresiasi yang diberikan oleh orang tua kepada anak tidak harus berwujud benda. Pemberian apresiasi berupa benda terlalu sering justru dapat menimbulkan dampak negatif terhadap karakter anak yang menjadi materialistis. Apresiasi terhadap anak dapat diberikan dalam bentuk pujian, kata-kata penyemangat, pemberian kasih sayang, beri anak waktu yang lebih lama untuk bermain dengan mainan kesayangan, membuatkan makanan kesukaan anak, atau bisa juga dengan meluangkan waktu untuk bermain bersama anak, serta menunjukkan hasil karya anak di hadapan keluarga.
Setiap anak itu unik, berbeda-beda, tidak dapat dibandingkan dan istimewa. Untuk itu diperlukan suatu apresiasi agar anak menjadi nyaman berada dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Cara sederhana untuk mengapresiasi bakat yang dimiliki anak adalah dengan merekamnya kemudian ditunjukkan kepada nenek, kakek atau sanak saudara lain agar menimbulkan kebanggaan pada anak serta bisa juga dengan memberikan pujian seperti “Wah, anak mama hebat sekali!” atau “Bagus sekali gambarmu, nak. Papa suka sekali!”. Pemberian apresiasi dari orang tua terhadap bakat anak berkebutuhan khusus akan menumbuhkan rasa percaya diri dan kebanggaan tersendiri bagi anak walaupun di tengah keterbatasan yang dimiliki. Pemberian apresiasi memberikan kepercayaan kepada anak bahwa keterbatasan atau hambatan yang dimiliki bukanlah alasan bagi dirinya untuk tidak berkarya dan berkreasi. Selain itu, apresiasi adalah semangat bagi anak berkebutuhan khusus untuk meningkatkan kreativitasnya dalam menciptakan sebuah karya yang lebih baik lagi. Hasil karya anak mungkin masih berantakan dan susah untuk dipahami, tapi orangtua tetap harus mengapresiasi usaha yang telah ia curahkan untuk menciptakan karya tersebut. Apresiasi tersebut juga akan membantu membangun keterampilan anak berkebutuhan khusus agar bisa lebih terampil lagi dalam menghasilkan sebuah karya yang baik atau dalam mengembangkan bakat yang dimiliki.
Sesuatu yang dihasilkan anak-anak memang masih jauh dari kata sempurna. Namun tidak ada salahnya untuk tetap mengapresiasi. Setidaknya anak sudah melakukan kerja keras, inisiatif, inovatif dan kreatif. Dalam hal ini apresiasi dijadikan sebagai dorongan agar anak berkebutuhan khusus tetap semangat belajar.
Sekecil apapun progres yang diraih oleh anak berkebutuhan khusus adalah sebuah pencapaian besar setelah berkali-kali anak berlatih. Sekecil apapun progres yang didapat, ada perjuangan anak berkebutuhan khusus untuk bisa mendengarkan serta memahami instruksi dengan benar dan melakukannya sesuai dengan instruksi yang diberikan dalam mengembangkan bakat. Karena tidak ada salahnya untuk mengapresiasi setiap proses dan progres yang telah dicapai dalam mengembangkan bakat anak berkebutuhan khusus. Jangan sia-siakan perjuangan anak berkebutuhan khusus hanya karena kita sebagai orangtua luput mengapresiasi setiap progres yang telah dicapai anak. Dengan orang tua mengapresiasi setiap proses dan progres yang dicapai, akan menjadi kunci keberhasilan anak berkebutuhan khusus dalam mengembangkan bakat dan mencapai hal-hal yang menjadi kesenangannya.
Akan tetapi, kesalahan pada apresiasi yang sering terjadi adalah saat apresiasi dijadikan sebagai sesuatu yang menimbulkan ketergantungan sehingga dapat membuat anak berkebutuhan khusus tergila-gila dengan apresiasi dan pujian dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Sehingga ketika memberikan apresiasi atau pujian pada anak berkebutuhan khusus, hendaknya orang tua memberikan apresiasi sewajarnya dan tidak perlu berlebihan.