Lihat ke Halaman Asli

Shaaiary

Just friend.

Cerita di Ujung Senja

Diperbarui: 18 Juni 2020   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selepas sarapan, aku menyambar tas yang kuletakkan di atas meja . Bergegas menuju kampus untuk memenuhi tugas-tugas yang mendera. Dikejar deadline untuk segera meng-eksekusi skripsi yang sempat tertunda selama satu tahun.

Aku menelusuri koridor kampus dengan langkah berat juga dikelilingi rasa bingung. Tatapan beberapa mahasiswa lain menyorot ke arahku. Ada yang menatapku sinis, dan juga iba.

"Hilya ... yang sabar, ya," ucap Dinda sembari mengusap bahuku.

Aku hanya tersenyum lalu mengangguk.

Sambil menunggu dosen pembimbingku. Kuraih buku diary milikku. Puisi-puisi cintanya yang ia berikan untukku masih tertulis indah di atas kertas berwarnakan pink itu. Tawaku lepas saat mengingat waktu ia diam-diam mengambil diary kosongku dan mengembalikannya dengan kertas yang tak lagi kosong. Genggaman tangannya masih bisa kurasakan saat ia menarikku ke dalam kelas agar aku tak berkeliaran di taman belakang kampus.

Banyak hal kualami selama hampir dua tahun berada dalam lingkungan Lembaga Dakwah Kampus terutama memenuhi amanah yang pernah kami ikat bersama. Menyibukkan diri dengan sesuatu yang bermanfaat, agar hatiku bisa kembali pulih.

"Hilya!" panggil salah seorang yang suaranya tak asing.

Aku menoleh. Lelaki itu sudah berada di sampingku.

"Ngapain di taman sendirian?" tanya Dayat tanpa menatapku.

"Nggak apa-apa."

"Mengenang lagi? Kapan bisa ikhlas?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline