"Suatu hubungan wajar jika terjadi kecemburuan. Cemburu kan tanda cinta." ucap salah seorang temanku.
Betul, akupun setuju jika kadar cemburunya wajar. Namun, apabila rasa cemburu itu berlebihan alias overdosis maka akan membawa malapetaka. Seperti Kisah Rama dan Shinta pada salah satu kisah yang ditulis Tere Liye pada novel sepotong hati yang baru. Bagaimana ketidakpercayaan dapat mengalahkan cinta.
Cemburu buta yang terjadi tanpa ada alasan tentu menjadi kendala yang besar pada hubungan pernikahan. Bukannya kebahagiaan yang didapat malah kesengsaraan yang didapat. Rasa cemburu yang berlebihan kadarnya ini bukan instan muncul dari pribadi seseorang. Salah satu pencetusannya adalah luka pengasuhan. Luka yang terjadi di masa lalu. Di mana pribadi yang mengalami hal yang sangat membekas dan terekam di alam bawah sadarnya.
Luka pengasuhan bukanlah sebuah penghakiman kita terhadap orang tua. Sederhananya, setiap orang memiliki inner child. Inner child terdapat dua jenis, ada yang menyenangkan dan menyakitkan. Inner child yang menyakitkan ini yang menjadi luka pengashan.
Menurut Diah Mahmudah seorang psikolog dan penulis ia menjelaskan bahwa kejadian seperti kehilangan orang tua yang disayangi, penolakan dan perasaan tidak dicintai oleh orang tuanya dapat menjadi pencetus timbul rasa percaya diri terhadap diri dan juga pada pasangan.
Apalagi pengalaman emosional yang menyakitkan seperti ketidaksetiaan atau pengkhiatanan yang dilakukan orang tuanya. Hal ini juga menjadi booster terjadinnya mistrust dalam relationship.
Setiap kita bisa jadi mendapatkan luka pengasuhan yang berbeda tema dan beragam kadar, hanya saja yang jelas luka pengasuhan itu membuat jiwa ini tidak baik-baik saja. Mistrust Relationship atau cemburu buta ini salah satunya adalah ragam dari luka pengasuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H