Lihat ke Halaman Asli

Mesha Christina

@shalluvia

Belanja di Toko Kelontong SRC Dulu, Dapat Banyak Keuntungan Kemudian

Diperbarui: 18 Desember 2019   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

semringah di depan toko kelontong kekinian (dok. elisabeth murni)

Pagi ini, memoriku mendadak terlempar ke masa kecil, ketika hampir setiap hari bolak-balik ke toko kelontong di dekat rumah. Entah karena diminta ibu membelikan sesuatu atau untuk jajan camilan yang murah-meriah. Sekarang walaupun jarang, masih ke toko kelontong juga, tapi cuma jajan es krim atau membeli kerupuk. Memang, sih, toko kelontong biasanya cenderung kecil dan sederhana, tapi jangan ditanya kelengkapannya, apalagi kenangannya. Hehehe...

Beberapa waktu lalu, tepatnya Rabu di pekan terakhir November (27/11), saya bersama 9 Kompasianer lain berkesempatan mengikuti Kompasiana OnLoc dengan kegiatan mengunjungi beberapa toko kelontong SRC masa kini yang inspiratif di Yogyakarta.

Iya, jadi sekarang toko kelontong tidak dianggap kuno lagi, lho, karena sudah banyak toko kelontong yang bertransformasi menjadi toko kelontong kekinian. Seperti apa  toko kelontong kekinian itu? Pastinya tak kalah dengan retail-retail modern yang semakin banyak bak jamur di musim penghujan.

Oh iya, mungkin masih banyak yang belum kenal atau bertanya-tanya apa SRC, kan? Baiklah, agar lebih enak dalam membaca artikel ini karena SRC bakal sering disebut, maka akan saya jelaskan di awal, ya. SRC merupakan komunitas retail lokal atau sering kita sebut dengan toko kelontong, di mana kita bisa menemukan berbagai kebutuhan sehari-hari dengan pelayanan yang ramah dan harga bersahabat.

Filosofi Laron dari Pak Wanto

Setelah berkumpul dan briefing di titik yang telah ditentukan, jam 07.30 WIB kami memulai perjalanan. Tujuan pertama berada di selatan Yogyakarta, tepatnya di kawasan Pantai Parangtritis. Ialah SRC Rukun yang dikelola oleh Pak Iswanto. Awalnya toko milik pria yang akrab disapa Pak Wanto ini lebih mengutamakan menjual sembako.

Pada tahun 2013 pernah diajak bergabung SRC, namun karena saat itu masih dikelola oleh orang tuanya, mereka menolak karena ribet mengurusnya dan sudah cukup bersyukur dengan pendapatan tokonya walaupun tidak banyak. Dasarnya memang berjdoh, di tahun 2017 Toko Rukun kembali ditawari bergabung dengan SRC, Pak Wanto yang saat itu sudah menjadi pengelola tak menolak kesempatan yang kembali menghampiri tersebut.

toko kelontong pak wanto setelah bermitra dengan SRC (dok. pribadi)

Di bawah pembinaan SRC, toko milik Pak Wanto semakin berkembang. Barang-barang yang dijual semakin banyak dan beragam.  Ia membeberkan kalau di bulan ke-3 setelah menjadi mitra SRC, pendapatan kotor  yang didapat bisa sampai 4 kali lipat dari sebelumnya, dan hingga kini semakin berlipat lagi.

Hal wajib yang diberlakukan oleh pihak SRC untuk toko-toko kelontong yang dibinannya yaitu menerapkan konsep bersih, rapi, dan terang. Nah, yang menarik di sini, Pak Wanto menganalogikannya dengan filosofi laron. Itu, tuh, serangga yang gemar berkerumun di bawah lampu (tempat yang terang). Jadi, kalau tokonya bersih dan terang, pasti akan semakin banyak pelanggan yang berkunjung, dan hal tersebut memang terbukti.

Ada Ketulusan yang Terasa Dalam Bawang Goreng Bu Rina

Dari pesisir Pantai Parangtritis, kami melanjutkan perjalanan kembali ke kota. Kali ini yang akan kami kunjungi bukan toko kelontong, melainkan rumah produsen SRC yang memproduksi brambang goreng atau bawang merah goreng yang nantinya akan disetor ke toko-toko kelontong SRC.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline