Tidak ada yang berbeda dengan kegiatan hari ini, masuk kelas dan memfasilitasi anak didik di tiga kelas berbeda dengan tingkatan yang sama. Kebetulan tahun ini hanya diberikan amanah untuk mengisi kelas tingkat 7 (tujuh) saja berdasarkan pertimbangan secara pribadi kepada atasan untuk membagi konsentrasi antara mengajar dan mengelola data administrasi pendidikan agar seimbang dengan alokasi waktu yang dimiliki. Itupun bukannya tidak beresiko pada jam kerja karena dengan memegang dua job yang berbeda membuat saya harus memiliki jam pulang yang berbeda atau setidaknya bekerja di malam hari agar tuntutan penyelesaian pekerjaan dapat terselesaikan.
Di salahsatu kelas hari ini, kegiatan pembelajaran berjalan lancar hingga pada akhirnya di tengah-tengah waktu pembelajaran secara tidak sengaja perhatian tertuju pada anak didik yang duduk di barisan kedua dari belakang. Si anak sepertinya terlalu asyik dengan dunianya sendiri sehingga lupa dengan sekelilingnya. Di saat teman-temannya mengerjakan tugas speakingyang diberikan dengan melafalkan beberapa kata dan kalimat di buku pegangan masing-masing, anak ini melakukan kegiatan berbeda dengan hanya mencoreti buku catatannya, sepertinya dia menggambar sesuatu.
Dengan berusaha untuk tidak menarik perhatiannya saya coba untuk mendekatinya memutar dari arah samping menyusuri deretan meja di sisi lain. Pada akhirnya setelah saya mendekat sekalipun dia masih terlalu sibuk dengan aktifitas menggambarnya. Penasaran dengan apa yang digambarnya saya memperhatikan dari belakang, ternyata anak tersebut menggambar sekelompok orang dengan posisi sedang berolahraga. Saya menduga bahwa dia memiliki ketertarikan yang lebih banyak di bidang olahraga dibandingkan dengan bidang lainnya.
Setelah saya beberapa menit berdiri di belakangnya, anak tersebut rupanya menyadari bahwa saya memperhatikan karena beberapa temannya tertawa kecil sambil menunjuk perlahan seolah memberitahukan kepadanya bahwa saya ada di belakang. Anak ini memiliki karakter pemalu dalam kesehariannya dan cenderung banyak diam ketika dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Berbeda dengan ketika masuk ke pelajaran olahraga maka dia termasuk salahsatu yang paling aktif. Jika dalam penilaian aspek pengetahuan dan keterampilan untuk mata pelajaran yang banyak belajar di ruang kelas nilainya standar bahkan cenderung minim, berbeda dengan hasil penilaian yang mengandalkan aspek motorik maka dia termasuk di atas rata-rata.
Akan tetapi ada satu hal yang paling memprihatinkan yaitu ternyata anak ini memiliki kesusahan dalam hal kemampuan membaca. Mungkin dalam istilah lain termasuk dalam anak yang mengalami disleksia.Entah apa yang menjadi penyebab apakah pola asuh dan didik di rumah oleh orangtua, pola pendidikan di sekolah atau memang akibat dari faktor gen dan keturunan (dalam beberapa referensi literasi hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti). Jika dibandingkan dengan anak lainnya (normal) maka kemampuan membacanya hanya setara dengan kemampuan membaca anak usia 9-10 tahun atau tingkat 3-4 sekolah dasar (dengan perbandingan anak yang bersekolah di daerah pedesaan yang tidak mengenal sekolah TK), hal ini banyak menimbulkan pertanyaan lain yang jika diungkapkan kemungkinan akan mengalami perbedaan persepsi dan ketersinggungan pihak terkait.
Untuk hal seperti ini solusi berkelanjutan dibutuhkan karena rumitnya permasalahan ini jika terus dibiarkan. Akan tetapi dengan sumber daya yang terbatas dan fasilitas yang belum memadai maka masalah anak-anak yang memiliki "kelebihan" seperti ini hanya akan terabaikan dan terlupakan. Misalnya kebutuhan pelayanan khusus oleh petugas khusus atau kebutuhan konseling dan penjaringan anak berkebutuhan khusus baik yang termasuk kategori ringan, sedang atau pun berat.
Karena dengan hanya mengandalkan solusi jangka pendek akan kesulitan untuk memantau perkembangan anak tersebut. Misalnya memang semenjak diketahui bahwa anak tersebut memiliki kesusahan dalam membaca maka saya mengambil solusi dengan memberikan bimbingan khusus pada setiap jam pelajaran yang saya miliki di kelas tersebut dengan memberikan tugas membaca bacaan ringan yang kontennya disukai olehnya. Akan tetapi mungkin solusi seperti ini akan sulit diketahui hasilnya dan kurang efektif karena posisi saya yang hanya seminggu dua kali masuk kelas dengan alokasi waktu yang sedikit dibandingkan dengan hasil yang diharapkan.
Semoga ke depannya akan ada perhatian, solusi yang nyata dan dukungan dari pihak terkait yang bertanggungjawab atas kemajuan dunia pendidikan. Disamping memang ini adalah kewajiban orangtua dan lingkungan untuk mengantarkan anak-anaknya siap untuk menghadapi masa depan yang tidak semudah yang difikirkan. Karena disamping kelebihan motorik yang dimiliki, harus disadari bahwa penguasaan terhadap aspek pengetahuan dan keterampilan wajib dimiliki oleh setiap orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H