Lihat ke Halaman Asli

Ketika Alam Murka

Diperbarui: 17 Maret 2024   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu saat alam bersahabat

membelai membuai penuh nikmat

angin mendesiskan keagungan alam

mengusap halus kulit semua insan

menyuap khayal kenikmatan

bak sentuhan lembut puting sang perawan


Surya merekah seiring nyanyi kutilang

belaian sinar bangkitkan gairah kehidupan

insan lena dalam kemalasan

rasakan peluk mesra perawan pujaan

larut insan dalam khayalan


Embun menghias pucuk daunan

berkilau indah bersulang cahaya

seindah permata melingkar leher perawan

menggelayut semayam dalam lembah antara

gugusan payudara dewi kahyangan


Suatu saat alam menggeliat

memuntahkan segala murka

serasa kekasih berkhianat

sepoi angin berubah badai

puting perawan berubah beliung

menghempas insan yang sedang lena

enyah dalam neraka penuh prahara


Sayup-sayup sapa memuja

mengiba merintih mohon ampunan

sayup semakin menggemuruh

menggema seluruh semesta

padu dalam alunan suara

lantunkan kidung kemuliaan

hanya kepada Yang Mahapencipta

Mahaagung dan Mahamulia


Jambi, 22 Juli 2002


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline