Lihat ke Halaman Asli

Kegelisahan Sepasang Lansia

Diperbarui: 19 Agustus 2023   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap pulang kampung, aku selalu menyempatkan berdoa di gereja yang tidak jauh dari tempat tinggalku. Jam 03.55 aku pasti sampai di halaman gereja.  Pagi itu, gerimis masih mendera setelah semalam hujan cukup deras. Di bagian pojok halaman gereja, ada sebuah pos penjaga yang tanpa penjaga. Suasana tidak begitu terang. 

Aku terperanjat ketika sekilas nampak dua sosok menyelinap ke dalam pos jaga tersebut. Aku penasaran, siapakah pasangan itu yang belum pernah kujumpai sebelumnya. Sesaat aku menunggu, keluarlah seorang laki-laki tua. Aku ragu menegurnya karena seolah ia tak ingin berjumpa orang. Aku pun ragu apakah aku pernah saling kenal.

Aku lanjutkan masuk ke ruang doa yang ada di sisi bangunan gereja. Seperti biasa, di sana sudah ada satu dua orang khusyuk dalam semedinya. Berusaha mengendap-endap supaya tidak menimbulkan brisik, aku masuk dan bersimpuh tak jauh dari mereka.

Jam 05.00 aku selesai berdoa. Ketika aku akan keluar, masuklah lelaki tua yang tadinya ada di pos jaga itu menggandeng perempuan tua, sepertinya istrinya. Di dalam ruangan itu memang tidak diijinkan ada tegur sapa untuk menjaga keheningan dan kekhusyukan masing-masing pribadi dalam doa. 

Aku curi pandang sejenak, oh ternyata benar lelaki tua itu pernah kukenal puluhan tahun lalu. Ada tanda tertentu yang mengingatkan aku padanya. Sedang perempuan yang ia gandeng, aku tidak mengenalnya. Aku kembali ke kediamanku.

Kira jam 07 aku duduk-duduk di teras rumah. Muncullah pasangan tua itu berjalan berdempetan. Yang laki-laki memegang payung, perempuan memegang kantong kecil. Aku coba mencegatnya dan mengajaknya singgah sejenak. Namun ia segera pergi setelah berbasa-basi sejenak.

Aku coba cari tahu tentang pasangan itu. Kedua pasangan itu ternyata adalah pensiunan pegawai negri. Tentu pendapatan pensiunnya sangat cukup untuk biaya hidup berdua di hari tua. 

Namun rupanya tidak demikian. Ia terjerat utang di sana-sini. Bahkan rumahnya yang cukup megah sudah tergadai. Bayar utang tak mampu karena sk pensiun juga sudah tergadai. Bahkan untuk makan harian pun mereka harus nyadong ke sanak keluarga. Ini semua rupanya gara-gara ulah anaknya yang tidak tahu balas budi kepada orangtua. Utang dan gadai hanya digunakan untuk kesenangan mereka.

Ya, pasangan lansia itu selalu diliputi rasa gelisah. Mereka selalu menghindar dari rumah karena sewaktu-waktu ada penagih utang yang datang. Sewaktu-waktu anaknya juga datang membuat ulah. Maka pagi buta pasangan itu sudah meninggalkan rumah, jalan tanpa tujuan, dan baru kembali lewat tengah malam. Alih-alih hidup tentram di hari tua, sebaliknya justru rasa gelisah selalu mendera.

Kutulis di Jogjakarta, 01 Agustus 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline