Lihat ke Halaman Asli

Siti Fauziah

Mahasiwi

Pengaruh Covid-19 terhadap Jual Beli Online

Diperbarui: 15 Mei 2020   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Beberapa bulan terakhir virus corona atau covid-19 menjadi teramat sering kita baca, lihat dan dengar. Apabila kita perhatikan sangat wajar apabila virus corona atau covid-19  ini menjadi pemberitaan yang sangat menarik.

Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Virus corona atau covid-19 ( Corona Virus Desease 2019) pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019.

Penyebaran virus corona atau covid-19 sangat cepat, hingga menyebar keseluruh belahan Dunia. Virus corona dapat menyerang siapa saja dan yang paling menakutkan adalah realitas bahwa virus corona dapat berinfeksi dan menjangkiti siapa saja dan kapan saja tanpa memandang ras, negara, agama, pekerjaan, jenis kelamin, usia dan lain-lain. Virus corona dapat menyebabkan resiko kematian bagi para penderitanya walaupun persentase kematiannya tidak terlalu besar.

Virus corona telah ditetapkan oleh WHO ( World Healthy Organization ) sebagai pandemi dunia. Setelah tanggal 02 Maret 2019 pemerintah sangat serius untuk menangani virus ini salah satunya yaitu social distancing. Setelah diterapkan social distancing, lalu bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya? Apa dampaknya untuk para pembisnis?.

Perubahan ekonomi secara drastis tidak hanya terjadi di Indonesia namun seluruh dunia ikut merasakannya. Sebagian besar masyarakat baik di Indonesia maupun Negara lainnya melakukan belanja daring (online) selama pandemi untuk memenuhi kebutuhannya.

Hal ini dilakukan agar konsumen dapat menyelamatkan diri dengan cara sebisa mungkin memiliki stok makanan dan minuman. Sebagian kecil masyarakat melakukan pembelian secara luring (offline) dan cendrung memilih untuk membeli kebutuhan yang jaraknya dekat.

Data perubahan prioritas konsumen yang terhitung sejak awal Maret 2020 menunjukkan bahwa ada peningkatan pembelian konsumen hinga 300% saat pandemi.

Minat belanja online pada produk kesehatan seperi hand sanitizer atau pembersih tangan mencapai 5.585%, dan vitamin C mencapai 1.986%. produk lain yang juga ikut meningkat seperti dettol miningkat hingga 1.139%. Pengukuran suhu tubuh untuk thermometer biasa mencapai hingga 1.007%, sedangkan thermometer lotus menjadi minat belanja paling tinggi dengan rentan harga Rp 1 juta -- 3 juta.

Dan untuk Masker mulut mencapai hingga 167%, umtuk minat belanja masker mulut sudah miningkat sejak bulan Januari saat virus korona muncul di Negara tetangga singapura dan Malaysia.

Sejak 3 April 2020 sudah dimulai penerapan WFH ( Work From Home ) atau bekerja dari rumah  untuk wilayah Jakarta . Pergantian sistem kerja ini tentu juga mempengaruhi minat belanja online yang cukup meningkat.

Tingginya intensitas meeting online dan video converence bisa di refleksi dengan peningkatan belanja webcam hingga 1.572%. Webcam tidak hanya digunakan untuk WFH saja tetapi juga bisa untuk membantu proses belajar dan mengajar online. Kertas folio juga meningkat hingga 377% sejak bulan februari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline