Lihat ke Halaman Asli

Manajemen Keuangan Itu Penting?

Diperbarui: 24 Agustus 2024   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Uang adalah segala sesuatu yang umum digunakan sebagai alat tukar. Ada yang kalau "Uang bukanlah Segalanya", akan tetapi segalanya tentu membutuhkan uang. Oleh karena itu setiap orang berusaha bekerja keras untuk menghasilkan uang. Namun, manakah yang lebih penting, menghasilkan uang atau mengatur keuangan?

Berbicara tentang manajemen keuangan, khususnya keuangan pribadi tentunya tidak terlepas dari manajemen gaya hidup. Seperti contoh, karyawan di kota yang memiliki penghasilan 7 juta perbulan. Selama bekerja 5 tahun hanya memiliki aset berupa tabungan 30 juta. Lalu di sebuah desa terdapat seorang petani yang memiliki penghasilan paling banyak 5 juta setiap bulannya. Namun, selama 5 tahun petani tersebut sudah memiliki aset berupa rumah seharga 60 juta. Mari kita bandingkan aset yang dimiliki oleh karyawan dan petani tersebut? Mengapa seorang karyawan yang memiliki penghasilan lebih besar tidak memiliki aset yang lebih banyak pula? 

Selain karena biaya hidup di perkotaan yang cenderung lebih mahal, kebutuhan seorang karyawan dan petani pun tidak dapat disamakan. Seorang petani tentunya tidak perlu membeli  pakaian formal untuk bekerja, tidak pula membutuhkan gadget yang komplit seperti laptop, smartphone dan lainnya. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah semata-mata penyebab aset karyawan yang jauh lebih sedikit daripada petani. Dengan penghasilan yang lebih besar, seharusnya karyawan dapat lebih mengoptimalkan pemasukannya. Untuk inilah pentingnya bagi setiap individu memahami cara memanajemen keuangan. 

Dalam buku All Your Worth: The Ultimate Lifetime Money Plan, Senator Elizabeth Warren dan putrinya, Amelia Warren Tyagi mempopulerkan sebuah prinsip 50/30/20 untuk mengatur keuangan. Prinsip ini memiliki aturan dasar mengatur keuangan dengan membagi pendapatan setelah pajak dan mengalokasikannya untuk dibelanjakan 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan menyisihkan 20% untuk tabungan. Apabila kita simulasikan dengan karyawan yang memiliki pengasilan bersih sebesar 7 juta per bulan, maka setiap bulannya karyawan memiliki tabungan sebesar 1,4 juta. Bila dikumpulkan selama lima tahun bekerja, karyawan seharusnya dapat memiliki tabungan lebih dari 30 juta.  Tentunya hal ini harus dilaksanakan secara konsisten dan penuh komitmen. 

Selain itu, ada pula sebuah metode pengaturan keuangan yang cukup terkenal dan banyak dilakukan para ibu rumah tangga di Jepang bernama kakeibo ,yang artinya buku besar atau catatan keuangan rumah tangga. Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1904 oleh seorang jurnalis bernama Makoto Hani.Di tahun 2017, metode ini kembali dipopulerkan melalui sebuah buku yang ditulis oleh Fumiko Chiba berjudul Kakeibo: The Japanese Art of Saving Money. 

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode kakeibo adalah:

 - Catat seluruh pemasukan yang kamu terima di awal bulan, baik dari pemasukan rutin seperti gaji bulanan maupun penghasilan tambahan.

 - Sisihkan uang yang ingin kamu tabung di bulan tersebut.

 - Alokasikan sisanya ke dalam beberapa pos pengeluaran yang terbagi menjadi empat kategori: 

     . Survival atau kebutuhan pokok seperti biaya makan, tagihan, cicilan, dan kewajiban lainnya.

     . Optional atau kebutuhan sekunder mencakup hiburan, makan di luar, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline