Lihat ke Halaman Asli

Sevilla Puspita Nugraheni

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Airlangga

Pendidikan Global dan Multikultural Mendorong Bahasa Indonesia, Media Komunikasi Berdiplomasi Lintas Negara

Diperbarui: 12 Juni 2022   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDIDIKAN GLOBAL DAN MULTIKULTURAL MENDORONG BAHASA INDONESIA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI BERDIPLOMASI LINTAS NEGARA

Kemelut hubungan diplomatik serta politik sebuah negara dengan negara lain secara bilateral maupun multilateral, tak jarang disebabkan karena diplomat atau wakil dari sebuah negara tidak mampu untuk berkomunikasi menggunakan kalimat serta pola tutur berbahasa yang baik sewaktu menyampaikan suatu pendapat yang berbeda maupun pertidaksetujuan terhadap sesuatu. Hal tersebut memicu perdebatan dan rasa merendahkan, menghina, ataupun menantang antara 1 dengan yang lain. Terdapat ungkapan "Janganlah mulutmu bergerak lebih cepat daripada otakmu" yang berarti berpikirlah sebelum berbicara karena dari bicaralah yang menggambarkan bagaimana attitude dan sikap dalam memperlakukan orang lain. Baik dan buruknya seluruh kalimat yang terlontar pada saat berkomunikasi dengan orang lain menandakan seberapa luas wawasan pembicara tersebut tentang tata cara berkomunikasi yang santun. Berdiplomasi menggunakan bahasa yang santun serta humanis sebagai langkah awal dalam membangun citra negara yang positif di mata dunia internasional

Globalisasi membuat seakan dunia tanpa batas. Ketika kita mencari informasi kebudayaan negara lain untuk menambah wawasan serta pembelajaran tanpa melupakan budaya asli negara kita, maka hal tersebut termasuk dalam sudut pandang pendidikan global. Oleh karena itu, pendidikan global dan multikultural bertujuan untuk membentuk generasi bangsa yang berwawasan global, demokratis, serta memahami budaya bangsa Indonesia yang pluralitis sehingga dapat melestarikan dan mengenalkannya ke mata dunia. pendidikan global dan multikultural juga bertujuan mencetak generasi bangsa indonesia untuk dapat berkomunikasi dengan santun dan dapat menempatkan diri dengan siapa berkomunikasi baik secara pergaulan, nasional, maupun lintas negara.

Bahasa merupakan alat komunikasi fundamental dalam kehidupan. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau maksud komunikator kepada komunikan. Pada dasarnya, semua bahasa yang digunakan adalah setara yang berarti tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Ketika seseorang berkomunikasi dengan bahasanya dan sanggup menyampaikannya secara baik, benar, dan santun merupakan cerminan dari sifat dan kepribadian pemakainya. Bahasa-bahasa yang dimiliki oleh masing-masing bangsa tentu memiliki keunikan, kekhasan, dan pola aturan per kata serta kalimat yang berbeda antar satu dengan lainnya. Bahasa yang digunakan sebagai alat berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat sebaiknya juga harus mengutamakan tata krama, adat istiadat yang berlaku di daerah tersebut, dan norma-norma yang berlaku sehingga komunikasi antar individu yang satu dengan lainnya dalam kehidupan sosial berjalan lancar, efektif, dan memiliki tujuan yang lebih luas.

Bahasa juga dapat mempengaruhi pendengar untuk melakukan apa yang kita katakan atau bersifat influence. Kemampuan untuk meng-influence pendengar dan mampu untuk menembus pola pikir masing-masing orang yang berkomunikasi dengan kita sangat dibutuhkan untuk mendukung bahasa Indonesia sebagai media diplomasi lintas negara. Tentu untuk memiliki dan meningkatkan kemampuan tersebut juga harus memperdalam pengetahuan berbahasa serta public speaking dan juga kesantunan fisik sebagai asas berdiplomasi.

  • Kesantunan berpakaian
  • Seorang diplomat atau perwakilan dari sebuah negara harus berpenampilan yang sopan, santun, dan elegan sehingga dapat membuat dirinya berwibawa dan bijaksana di depan orang-orang yang berkomunikasi dengannya.
  • Kesantunan berperilaku
  • Seorang diplomat yang memiliki tugas memperjuangkan kepentingan dari negara yang diwakilinya harus memiliki etika yang baik dan dapat menciptakan citra positif dari negara yang diwakilinya. Seorang diplomat juga harus dapat beradaptasi dengan budaya dimana ia ditugaskan sesuai dengan peribahasa "dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung". Segala gerak-gerik seorang diplomat akan mencerminkan citra dan kepribadian negara yang diwakilinya.
  • Kesantunan berbahasa
  • Manusia yang berakhlak baik adalah yang dapat bertindak serta berbicara dengan sopan dan santun. Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Keramahan masyarakat Indonesia dengan berbagai budaya yang luhur telah dikenal oleh dunia internasional. Sebagai seorang diplomat, sudah sewajibnya menggunakan bahasa yang santun, penuh etika, bertata krama yang sopan santun dan dapat merepresentasikan citra positif bangsa Indonesia kepada dunia internasional.

Segala kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi yang semakin canggih membuat budaya suatu negara akan mudah diakses oleh semua orang di dunia. Banyaknya website serta teknologi membuka kesempatan yang besar bagi mahasiswa untuk memecahkan persoalan dan berkolaborasi menciptakan hal yang baru. Hal ini sudah dapat dikatakan sebagai pendidikan global. Pendidikan global mengajarkan untuk berempati dengan orang lain, bertanggung jawab, serta aktif mewujudkan keadaan dunia yang lebih adil dan damai. Pendidikan global berhubungan erat dengan globalisasi. Dalam era globalisasi saat ini, Indonesia perlu untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih komprehensif serta fleksibel sehingga para lulusannya dapat secara efektif berkontribusi dalam kehidupan masyarakat global demokratis.

Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mengeksplorasi adanya perbedaan sebagai anugerah dari Tuhan. Adanya pendidikan multikultural menyadarkan kita bahwa perbedaan adalah hal yang indah dan dapat hidup berdampingan secara damai dengan saling bertoleransi. Kemajemukan bangsa Indonesia terlihat dari benyaknya bahasa, suku, agama, budaya, adat istiadat, serta etnis. Kemajemukan ini dapat berdampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu Indonesia memiliki ciri khas dibandingkan negara lain yang sangat bisa untuk diolah, dilestarikan, dan dikenalkan ke dunia luar. Dampak negatifnya yaitu masih banyak warga Indonesia yang tidak dapat hidup berdampingan dengan perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline