Lihat ke Halaman Asli

Aida Sevi Ivana

Al-Falah 🌻

Bulan Terkekang Malam

Diperbarui: 29 Januari 2021   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Denting akan menyeret paksa langit untuk berganti. Mengantarkan emosi hari yang silih berganti. Tak selalu pada pagi yang cerah dan berwarna. Akan ada saatnya semua terasa terik atas panas. Ada pula nanti berada dalam pujaan sang 'senja'. Dan akan berakhir pada malam yang gelap, sunyi nan dingin. Kini akan terceritakan elegi malam yang miris penuh irisan takdir. 

Ini adalah kerahasiaan yang dibendung bulan. Ia semu dalam tunggal. Ia bisu dalam kecacatan. 

"Maaf, cacat mana yang kau maksud?"

"Bulan selama ini baik-baik saja bukan?"

"Bulan selama ini bahagia dengan kilaunya. Ia tak pernah redup"

"Jangan-jangan inikah penghinaan?"

"Apakah kau hina bulan?"

Tak ada kehinaan dan penghinaan. Cacat adalah realita. Memang bulan tak lagi sempurna. Keutuhannya  telah patah oleh kenikmatan. Sepenggal kilau direnggutnya.

Kau tak tahu itu ya? Memang dapat dipastikan tak ada yang tahu. Terkecuali elegi ini telah terbaca. Bulan memang terlalu pandai menutup eleginya. Rahasia dapat bersemayam berabad-abad dalam relungnya. Selama ini ia menyungging penggalannya itu. Ia meletakkannya di belakang kilaunya yang masih utuh. Tak heran, jika kalian terkejut dengan cacatnya. Karena memang yang ia tampakkan sisi sempurnanya saja. 

Pernah terdengar percakapannya dengan semesta,

"Mengapa kau rahasiakan?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline