Lihat ke Halaman Asli

SeverinoLH

Active Talker

Generasi Sandwich, Tulang Punggung Keluarga Mode Ekstrim

Diperbarui: 6 Desember 2020   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.unsplash.com/Ethan Sykes

Generasi sandwich bagi sebagian besar orang mungkin masih menjadi istilah yang asing. Generasi sandwich merupakan posisi hirarki di dalam keluarga yang berada di tengah. Dalam hal ini, generasi sandwich adalah orang tua (terkhusus ayah), bila di dalam keluarga (satu rumah) tersebut terdapat kakek/nenek, orang tua, dan anak. 

Generasi sandwich merupakan posisi yang paling berat. Beban peran sebagai pencari nafkah dilimpahkan kepada posisi ini. Tak hanya harus menghidupi orang tuanya, mereka juga harus menghidupi anaknya. Pelimpahan tanggung jawab dalam mencari nafkah kepada generasi sandwich tak jarang membuat pengambil peran ini menghadapi masalah dengan psikisnya. Karena selain penanggung jawab finansial keluarga besar, mereka juga diharuskan untuk mampu dalam mengelola segala hal yang ada di dalam keluarga. 

Di lain sisi, generasi sandwich juga cenderung tertutup dengan masalah yang dihadapinya. Hal ini umumnya disebabkan berbagai serangan dari pihak keluarga (orang tuanya ataupun anak). Ada ketakutan akan dianggap tidak becus, membuat bungkam menjadi pilihan yang diambil generasi sandwich. 

Beban paling besar umumnya diberikan oleh orang tua dari generasi sandwich. Kebanyakan para orang tua generasi sandwich bertengger hidup di keluarga anaknya tanpa mempedulikan apakah yang akan menjadi generasi sandwich ini mampu untuk memenuhi kebutuhan dari tiga generasi. Serangan yang biasanya diberikan adalah balas bakti anak kepada orang tua, sehingga anak harus merawat orang tuanya karena telah menikah dan memiliki anak. Bila menolak akan dicap sebagai anak yang tidak tahu diri dalam membalas budi kepada orang tua. 

Dari paragraf di atas, pihak orang tua sedini mungkin sudah menyiapkan dana pensiun, jauh sebelum anaknya akan berkeluarga. Sedini mungkin akan lebih baik. Dengan adanya dana pensiun, maka di masa tua ia tidak perlu membebani si anaknya nanti dalam urusan finansial. Bila pun nanti harus hidup satu atap dengan keluarga anaknya, maka hal itu hanya seputar kebutuhan interaksi sosial internal keluarga yang intens, bukan untuk menumpang hidup secara penuh. 

Sedangkan untuk posisi anak, mereka tidak bisa kita minta, apalagi memaksakan untuk memahami situasi. Hal ini dikarenakan posisi mereka belum memungkinkan untuk memahami manajemen dalam keluarga. Sehingga bila dalam satu atap terdapat tiga generasi, maka dua generasi terataslah yang harus berkompromi, bukan generasi ketiga. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline