Masalah kesehatan yanh kini menghantui masyarakat perkotaan adalah badan yang kaku. Masyarakat perkotaan lebih cenderung mengalami masalah ini karena kurangnya aktivitas menggerakan anggota tubuh. Karenanya, masyarakat perkotaan yang tidak meluangkan waktu untuk berolahraga, maka, yasudahlah.
Berbeda dengan masyarakat pedesaan yang kesehariannya banyak menggerakan tubuh dalam aktivitas sehari-hari, mereka cenderung memiliki kebugaran tubuh yang terjaga bahkan sampai di usia senja. Dari hal ini kita dapat melihat bahwa, mager bukan jalan ninja yang baik untuk kita.
Terlebih pada masa lockdown, psbb, hingga new normal ini, aktivitas untuk menggerakan tubuh secara aktif menjadi semakin merosot.
Orang yang tadinya tidak banyak bergerak, jadi semakin terlena menikmati kepasifan tubuhnya. Mager mungkin menyelamatkan dunia, tapi cara mager yang seperti itu akan mengubahmu menjadi zombie.
Pengalaman pribadi saya membuktikannya. Sebelum lockdown, aktivitas gerak saya cukup aktif. Semenjak lock down hingga sekarang, aktivitas gerak saya merosot, sangat jarang bergerak.
Dampaknya dapat saya rasakan. Mulai dari otot-otot yang melemas. Kecekatan gerakan reflek saya juga menurun. Bahkan bernafas saja sampai terasa melelahkan.
Jarang gerak juga membuat tubuh menjadi gampang lemas, pegal, hingga bisa mengancam kesehatan selain masalah persendian. Misalnya saja stroke, karena tidak ada aktivitas gerakan yang membuat peredaran darah di tubuh lancar.
Belakangan saya coba mengalihkan rutinitas mager itu kembali pada aktif bergerak. Bisa dilakukan dengan jalan di tempat, perenggangan, joget tiktok, dan angkat beban.
Apapun aktivitas yang memerlukan gerakan dan tenaga. Sehingga bila kelak nanti normal yang sesungguhnya telah kembali, tubuh saya tidak kaget untuk bisa beraktivitas seperti dulu. Stop mager, mulai gerak. Ayo joget tiktok :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H