Memiliki jabatan yang tinggi di perusahaan menjadi dambaan bagi banyak pekerja. Menjadi manajer, supervisor, atau bahkan CEO adalah suatu posisi yang sering ditargetkan. Namun dalam dunia kerja di perusahaan, apalagi bisnis, pekerja yang mengidamkan jabatan tersebut sering dibilang halu oleh pekerja yang lain.
Bukan apa, hal ini karena kita bersaing dengan mereka yang memiliki koneksi dalam perusahaan, seperti anak bos, keluarga pemilik perusahaan atau pemegang saham, kekasih, simpanan, atau anak kesayangan bos.
Selain sering kalah saing oleh mereka yang memiliki koneksi dengan petinggi perusahaan, kita juga bersaing dengan sesama pekerja. Banyak bahkan yang sering bermain kotor untuk menjatuhkan kredibilitas pekerja lain, untuk membuat dirinya menjadi sorotan utama bos sebagai pekerja teladan.
Untuk masuk ke suatu perusahaan saja ada yang bermain salam tempel. Ada pula yang sampai transaksi tubuh, entah itu untuk masuk kerja, atau mempertahankan pekerjaan. Ada yang sebagai uang muka dengan kesukarelaannya, ada pula yang secara terpaksa karena mendapat ancaman akan disingkirkan dari pekerjaannya. Begitu kejam memang dunia kerja itu.
Jabatan idaman, sekali lagi sering menjadi kehaluan para pekerja tanpa koneksi di perusahaan. Kendati demikian, para pekerja tetap harus melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak mendapat catatan buruk di mata atasan.
Meski peluang untuk naik jabatan cukup sulit didapatkan, dan kecil peluangnya, selalu menyimpan harapan diri akan dilirik oleh atasan. Prestasi yang memuaskan diharapkan akan menjadi pertimbangan perusahaan untuk mengangkat diri ke jabatan yang lebih tinggi.
"The key is Kunci"
Tidak pesimis adalah kuncinya. Jangan hanya karena nepotisme di perusahaan lantas membuat pekerjaan kita menjadi loyo. Bukannya dilirik oleh atasan untuk diberi tanggung jawab lebih, malah membuat atasan optimis untuk menempatkan kita pada posisi itu-itu saja. Bisa saja selama ini atasan terus memantau kinerja kita.
Posisi jabatan yang tinggi yang sedang diduduki oleh anak bos bisa saja karena ia memang kredibel untuk menjalankan tanggung jawab tersebut, dan selama ini belum ada pekerja lain yang cukup kredibel untuk diberi tanggung jawab tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H