Perkembangan teknologi yang kian maju membuat banyak metode konvensional yang beralih ke metode berbasis teknologi. Salah satunya adalah hal transaksi finansial. Sebelum teknologi menembus bidang ini, kita masih menggunakan metode konvensional, yakni dengan transaksi fisik, seperti uang tunai ataupun barter.
Dengan masuknya teknologi ke bidang transaksi finansial, kini kita ditawarkan dengan layanan transaksi teknologi finansial atau fintech (financial technology). Teknologi ini umumnya lebih akrab di telinga masyarakat dengan nama e-payment (electronic payment) atau mobile payment.
Saat ini terdapat banyak sekali penyedia layanan e-payment. Data dari Bank indonesia menyebutkan terdapat 58 penyedia layanan e-payment. Beberapa diantaranya adalah Gopay (keluaran dari Gojek), OVO (keluaran dari Lippo Group), dan Dana.
Sama seperti perusahaan dan bisnis pada umumnya, para penyedia layanan e-payment ini berebut mendapatkan dan mempertahankan loyalitas penggunanya. Berbagai promo silih berganti ditawarkan oleh para penyedia layanan agar lebih banyak yang tertarik dan bergabung, serta untuk mempertahankan penggunanya yang sudah terdaftar agar tidak beralih ke penyedia lain atau kompetitornya.
Belakangan nama OVO cukup dikenal luas oleh masyarakat karena berbagai promo yang ditawarkannya menggiurkan. Kompetitornya pun tak mau kalah saing, Gopay dan Dana berpartisipasi dalam membuat banjir promo pengunaan e-payment bagi penggunanya, terlebih bagi pengguna setia, ada banyak voucher yang disediakan untuk pengguna setia secara cuma-cuma.
Tentu timbul pertanyaan publik, apakah penyedia ini tidak mengalami kebangkrutan dengan banjir promo yang mereka keluarkan terus-menerus? Dari mana uang untuk menyelenggarakan promo itu berasal. Nyatanya uang untuk membuat promo yang besar tersebut berasal dari dana perusahaan. Istilahnya perusahaan membakar uang untuk membuat promo.
Menghadapi kerasnya persaingan antar penyedia layanan ini, Lippo Group dikabarkan akan melepas 70% sahamnya karena kewalahan bila harus terus mengeluarkan dana untuk membuat promo.
Perusahaan tidak kuat bila harus terus membakar uangnya. kabar akan dilepasnya saham OVO ini memperlihatkan persaingan yang sangat ketat antar penydia layanan. Bila lengah sedikit saja, pengguna dapat lari ke penyedia yang lain.
Bukan hal yang mengherankan, sebab orang akan cenderung memilih layanan mana yang dapat menguntungkannya. Bukan tidak mungkin satu orang menggunakan lebih dari satu layanan.
Di luar mendapatkan dan meraih pengguna dengan banjir promo, para penyedia juga memasang strategi dengan memperhatikan aspek lain. Persoalan keamanan data pengguna kini cukup diperhatikan oleh penyedia, karena ada beberapa kasus di mana saldo pengguna dicuri. Sehingga banyak pengguna yang memasukkan persoalan kemanan data sebagai variabel untuk mempertimbangkan layanan yang digunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H