Lihat ke Halaman Asli

Kau Tak Akan Pernah Bisa Jadi Aktor, Bila Membenci Sesuatu! Capitulo 3

Diperbarui: 19 September 2016   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pic by www.alamy.com

Kayaknya harus diingatkan kembali tentang sembilan makhluk aneh itu. Dan telah kutemukan fakta-fakta ter-update.

1. Madam Rere. Pekerjaan Instruktur Senam. Bertugas mengajar tari, tapi kenyataannya malah suruh cemplung ke danau buatan dekat rumah Echi. Padahal, sudah jelas nggak bisa berenang. Sekali menyelam minum air, selain memang minum air danau sungguhan, aku juga disuruh nangkap ikan! Benar-benar instruktur yang aneh.

2. Manuk Dadali.  Pekerjaan fotographer. Bertugas mengajar seni memikat orang lain. Bulshit abis! Dia sendiri nggak bisa memikat wanita cantik manapun. Buktinya, masih jomblo! Dan terlalu agresif untuk ukuran seorang seniman atau fotographer yang menurut pandangan mataku adalah seseorang yang sangat keren. Agaknya kata-kataku ini ungkapan kekesalan karena disuruh ini dan itu di studio fotonya. Memangnya aku babumu apa!? 

3  Miss Hening. Pekerjaan seorang Chef yang kebetulan bisa melukis sketsa wajah. Orangnya pendiam sangking pendiamnya aku dan dia hanya mengobrol lewat bahasa tubuh. Sibuk dengan usaha catering, terkadang aku juga ikut membantu. Dan sama sekali belum pernah praktek melukis apapun! Padahal ini sudah masuk bulan ketiga semenjak perkenalan. Maunya apa Echi ini, cari mentor pada nyeleneh semua?!

4. Komariah. Pekerjaan guru bahasa Inggris. Tugasnya ya tentu saja mengajariku bahasa Inggris! 

Sebentar ya pemirsa. Aku ini sebenarnya mau dibentuk seperti apa sih sama Echi ?!

Jelas-jelas di sini mau belajar seni. Kenapa para cikal bakal mentorku itu pada nggak nyambung semua?! Kredibilitasnya sebagai seniman payah. Dan begitu Echi baca buku harianku yang ketinggalan di rumahnya tempo hari, langsung berang.

"Win... Win... kau ini nggak tau terima kasih. Banyak mengeluh. Segala yang buruk-buruk ada di otakmu."

"Ada apa ya Mbak?" tanyaku sambil garuk-garuk kepala yang ternyata memang banyak ketombe. 

"Kalau begitu sia-sia tiga bulan masa karantinamu itu." ucapnya yang tatapannya membuat bulu kudukku merinding. Di samping lelet mikirnya, aku juga takut nggak ditegur lagi. Nanti aku ceritakan kenapa bisa takut.

"Memang kenapa ya Mbak? Padahal aku hujan-hujan lho datang ke sini." kataku duduk manis ke sofanya tanpa dipersilakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline