Lihat ke Halaman Asli

Mengaku Bolang, tapi Nggak Tahu Nama Jalan?

Diperbarui: 25 Mei 2016   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. Pribadi

Apa yang sudah kamu lakukan, An?! Lahir dan besar di kota Tepian. Sedangkan kau buta jalan. Makanya kalau jalan itu lihat-lihat dong!

Entahlah, mungkin puluhan kali, aku menanyakan nama jalan yang sama, tempat yang sama, orang yang sama, tapi dalam situasi berbeda. Untungnya orang itu kok nggak pernah bosan-bosan menjawab. Kalau aku yang ditanya begitu terus menerus mungkin akan keluar tanduk domba. Banyak-banyak berdoa,An, biar nggak pemarahan.  Seingatku, aku selalu bertanya, dekat mall apa? Sebelah mananya hotel X ? Dekat cafe Y nggak? Jauh nggak dari masjid Z ?  Itulah yang menjadi pedoman hidupku selama ini, sehingga mengabaikan nama jalan yang semestinya hapal di luar kepala. (Sebenarnya aku ini pikunan ato kurang perhatian?)

Padahal, sejatinya aku tukang (Mengukur) jalanan dulu kala. Bukan berarti sekarang ampih alias pensiun. Kadang-kadang di akhir pekan aku suka jalan tak tentu arah hanya untuk menghilangkan penat dan mengamati kehidupan di jalan. Kalau kita di rumah terus kan bisa minim pengalaman. Makanya, ayo travelling! 

Mencoba jalanan baru yang belum pernah dilewati juga merupakan pengalaman seru. Tapi aku terheran-heran sama diri sendiri. Dibilang, kurang piknik?! Bisa jadi. Tapi di satu sisi aku menolak. Belum ada sebulan ini aku pergi ke Tenggarong. Ya meskipun cuman kota kecil. Setidaknya cukup menghilangkan rasa penat. 

Ada beberapa kawan yang ngajakin ke luar kota. Waktunya sangat tidak memungkinkan. Baru bulan Oktober lalu pergi ke Jawa. Dan aku pikir itu tidak termasuk kurang piknik. Oke, memang ada temen yang tiap bulannya selalu ke luar kota. Dia seorang guru dan nggak paham juga bagaimana caranya menggapai cita-cita untuk melancong, 

Ada teman lain juga yang bilang bahkan aku rela mati di negeri orang, sehingga anak-cucuku kelak bangga bahwa aku pernah keluar negeri blablabla...

Lha kok sampe segitunya banget?! Ucapan dia agak arogan sih, apalagi di depan aku yang nggak belum pernah keluar negeri. Sama sekali. Atau mungkin kearoganannya itu sebagai bentuk keprihatinan dia buat menyemangati aku biar mencoba juga berpetualang keluar negeri. Bagiku sebenarnya, travelling keluar kota apalagi keluar negeri butuh persiapan yang matang (dan doku juga pastinya). Niat saja tidak cukup, tapi action! Halah:-)

Kembali ke topik sebelumnya...

Jadi sebenarnya kisah ini sebagai pengingat bahwa Bolang sejati harus jeli dan teliti dengan sekitarnya. Sebenarnya penulis dan petualang sama-sama saling membutuhkan seperti sayur tanpa garam, kurang enak, kurang sedap...kata Inul. Tapi terus terang aku kurang suka sama petualang alias Bolang yang arogan. Seharusnya semakin banyak dia tahu tempat-tempat di dunia ini, dia semakin merunduk. Seperti ilmu padi. Kalau orang Arogan alias membangga-banggakan diri dengan kota-kota yang pernah dikunjungi, itu mah bukan petualang sejati.  Apa anda sependapat?

Sebenarnya aku ingin sharing juga apa yang membuat seseorang merasa Arogan, Alias Angkuh, Alias Sombong?! Ada yang bilang gara-gara dia merasa lebih, lebih dan lebih. Seperti nama jalan, aku sudah lupa siapa yang mengatakan ini padaku?! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline