ketercapaian kolaborasi lintas displin ilimu memberikan pembelajaran bermakna bagi peserta didik. Menurut KHD peserta didik diberikan tidak hanya mengkompilasi pengetahuan saja tetapi dapat memberikan solusi baru bagi permasalahan kehidupan sehari-hari. Melalui perencanaan yang matang harapannya peserta didik dapat menemukenali potensi dirinya dan dapat bekerjasama dengan orang lain untuk memberikan kebaruan bagi sebuah permasalahan. Kerennya lebih high oriented dalam memastikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Di beberapa fakta dan pengalaman ditemukan pelaksanaan Project Pengutatan Profil Pelajar Pancasila (P5)yang kurang dapat meningkatkan system bekerja peserta didik lebih dari sekedar mengkonfirmasi sebuah konsep pengetahuan, belum sepenuhnya peserta didik diajak untuk lebih meningkatkan kualitas berfikir holistiknya. Misalnya dalam pemilihan project kegiatan dalam tema yang sudah ditentukan belum difasiltasi agar peserta didik dapat menciptakan kreasi produk untuk solusi sebuah permasalahan. Dimensi bertindak sudah terbentuk tetapi bagaimana peserta didik dapat memberikan hal yang baru dan inovatif. Sumber kegiatan dapat menjadi Inquiry Project peserta didik menemukan sendiri. Tentunya hal ini menyesuaiakan potensi peserta didik dengan Pembelajaran Diferensisasi, khususnya sesuai kodrat alam dan kodrat zaman peserta didik. Salah satu yang dikembangkan menumbuhkan kebaruan dalam tingkat berfikir dan menemuakan sendiri proses Create ini diantaranya dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan diri. Banyak hal yang dapat menjadi pendorong bagi peserta didik, dalam lingkup intrakurikuler melaluai Capaian Pembelajaran dengan intregasi di Modul Ajar sudah dibiasakan peserta didik mampu berfikir kritis dan mampu memberikan kebaruan tingkat tinggi. Melalui beberapa pendekatan dengan model pembelajaran yang katalis klinis akademis sungguh menjadi habitus baru bagi terwujudnya peserta didik dengan harapan Profil Pelajar Pancasila. Beberapa hal yang dapat dicoba untuk menggerakan kebaruan ini diantaranya perkuat literasi befikir peserta didik, kenalkan jurnal penelitian sejak dini kepada peserta didik, semua cara berfikir peserta didik bukan berdasarkan asumsi tetapi bagaimana peserta didik kita ajak berfikir kritis berdasarkan pendekatan riset (approach scientific) dan pengalaman empiris. Pengalaman pembelajaran berbasis data, terbiasa membaca data, tabel untuk dapat menyimpulkan suatu konsep yang dapat dikembangkan. Sehingga denggan sintaks ini habitus gloden learning akan tercipta. Maka implementasi P5 harus benar-benar memberikan pengalaman kontekstual sesuai dengan tema yang diambil. Ini semakin menandaskan bahwa P5 itu berbasis tema dengan kolaborasi dimensi yang diinginkan, bukan P5 berdasarkan Intrakurikuler dengan capaian pembelajaran yang sudah ditentukan. Tetapi justru menjadi best practice P5 yang kuat sehingga di satuan Pendidikan dapat menjadi role model P5 yang benar-benar memberikan karakteristik yang kuat untuk tujuan esesnsi yaitu peserta didik yang dapat kompeten sesui dengan Profil Pelajar Pancasila. Inilah harapan penguatan karakter yang karakateristik sesuai dengan tujuan munculnya P5 sebagai corenya pembelajaran Kurikulum Merdeka. Desain P5 menjadi bagian penting untuk memberikan perubahan berfikir bertindak dengan akselerasi yang tinggi. Semoga kedepan pelaksanaan P5 akan memberikan touch akademis yang real untuk menunjukan inilah jatidirinya Pendidikan kita, Pendidikan hakiki, Pendidikan berkelanjutan, Pendidikan yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pengembangan potensi jiwa potensi berkreasi peserta didik. Dan ini menjadi tugas mulia seorang guru untuk dapat menghantarkan muridnya menuju gerbang keemasasn sesuai dengan jati diri peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H