Barusan saya baca berita ini dari portal berita sebelah
Kisah Risma Tiga Hari "Ngantor" di Crisis Center Juanda
Saya terharu membacanya. masih ada orang yang "sejenis" ini di indonesia. saya membayangkan saya menjadi keluarga penumpang yang mencari kejelasan informasi. Bingung apa yang harus dilakukan. Memikirkan apa yang dirasakan orang yang di sayang ketika peristiwa itu terjadi. Ketakutan yang bagaimana di rasakan oleh adik, ayah, ibu, atau rekan yang kebetulan naik pesawat itu. Tentu perasaan seperti itu akan sangat menggangu jiwa.
Dan entah kenapa sosok risma di sini jadi unik. Muncul dari hari pertama hingga malam ini (ini adalah hari ke tiga, hari di mana ditemukannya puing dan (maaf) mayat korban). Dan mendampingi keluarga korban menerima semua kabar yang basarnas kirimkan dari posko pusat jakarta dan di lokasi pencarian.
Adanya sosok pemimpin yang di belakang mereka. saya rasa ini bagus sekali dan ide brilian untuk mengangkat moral keluarga penumpang. Seorang walikota di sini untuk pendampingi kami, mendukung kami untuk menerima berita apa saja yang kami terima. Siap bekerja keras membantu urusan yang bisa dia bantu.
Melihat Kerja keras dan penghargaan kepada keluarga korban adalah pengangkat moral paling evektif. Mereka akan tahu mereka di perhatikan. bahkan di utamakan. Ini sangat baik bagi psikologi keluarga penumpang. Apalagi mereka melihat di TV, basarnas yang tak henti henti mencari dengan kesulitan yang berbanding lurus dengan resiko yang di hadapi. Bahwa semua orang sudah melakukan yang terbaik. Merupakan suatu titik pembentuk simpul senyuman di lautan duka yang mendalam yang di alami oleh keluarga penumpang.
Setidaknya dilihat dari sisi penanganan, Kami melihat perubahan.
"kami turut berduka cita kepada keluarga dan teman yang di tinggalkan, Semoga senantiasa mendapat kasih dari Tuhan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H