Lihat ke Halaman Asli

Kalau Semua Putih

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bulan puasa sudah berlalu.

Tadi saya skype ke Indonesia untuk berhalal bihalal. Yang menarik adalah pakaian adik perempuan saya serta keponakan-keponakan. Semua memakai blus putih. Na ya, kan itu baju muslim. Kata mereka.

Kalau semua muslim memakai  baju putih, dikemanakan baju-baju lain yang berwarna?

Sering saya mendapat kesan, bahwa dengan memakai baju yang putih ini, banyak orang kemudian merasa dirinya juga putih dan menganggap yang tidak memakai putih bukan muslim dan bahkan perlu dihindari.

Kalau putih warna terbaik, kenapa Tuhan menciptakan warna-warna lain? Apakah hanya untuk memperlihatkan bahwa dibanding dengan warna-warna lain, putih itu warna terbagus?

Dalam fisika kita tahu bahwa warna putih cahaya itu bila lewat prisma menjadi pelangi. Dalam diagnosa Chakra, warna putih merupakan warna penyembuh di samping warna biru. Tapi juga warna yang menunjukkan orang tidak mempunyai semangat, tidak mempunyai keinginan berbuat, hidup hanya pasiv vegetativ.

Tapi apakah itu berarti putih lebih tinggi dari yang lain?

Saya senang warna. Saya senang melihat warna menyelimuti alam. Alam jadi indah dan dengan warna saya mendapat kesan tiga dimensional alam muncul dengan maximal. Putih hanya ada untuk menjadi aksen. Menekankan mana yang perlu di lihat dan diperhatikan. Tapi tidak lebih tinggi atau penting dari yang lain.

Kalau benar-benar seluruh dunia putih, kita semua lenyap ditelan cahaya. Lenyap dari alam semesta yang penuh dengan warna.

Kemana?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline