Lihat ke Halaman Asli

Jazz Kemerdekaan di Puncak Bromo

Diperbarui: 16 Agustus 2016   03:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama penggagas, partner serta musisi penampil di Jazz Gunung Bromo 2016. Dari kiri-kanan: Ricad Hutapea, Butet Kartaredjasa, Santoso (Direktur BCA), Sigit Pramono (Penggagas Jazz Gunung Bromo) Dwiki Darmawan, Ermy Kullit, Reza (The Groove), Anung Widiarto (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo), dan Rejos (The Groove). Foto: arum sato

Berangkat dari satu gagasan bahwa, proses menjadi Indonesia serta mengenal Indonesia juga bisa melalui jazz (Butet Kartaredjasa).

Jazz Gunung Bromo merupakan festival jazz tahunan, yang digelar di Amfiteater Jiwa Jawa Resort Bromo, Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Jazz Gunung Bromo digagas oleh beberapa orang yang sangat peduli terhadap seni, yaitu Sigit Pramono, seorang bankir dan juga fotografer, Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto, dua seniman bersaudara yang penuh talenta.

Pagelaran Jazz Gunung Bromo 2016 merupakan yang ke-delapan kalinya. BCA kembali mewujudkan komitmennya untuk turut serta dalam pengembangan potensi industri kreatif serta pelestarian seni budaya dan pariwisata Indonesia, dengan mendukung sepenuhnya pagelaran Jazz Gunung Bromo 2016.

Bagi BCA, ini adalah keikutsertaan yang ke-lima semenjak Jazz Gunung Bromo digelar mulai tahun 2008. Sebagai salah satu bank yang mendukung perekonomian Indonesia, BCA tak ingin hanya ditafsirkan sebagai mesin ekonomi saja. Dukungan terhadap kegiatan Jazz Gunung ini merupakan salah satu implementasi atau bentuk nyata kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) pada  pilar Solusi Sinergi Bakti BCA.

“Karena besar di indonesia, maka kita juga harus mendukung Indonesia,” ujar Direktur BCA, Santoso, saat konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, West Mall Lt. 8, Jl. MH Thamrin No. 1, Jakarta Pusat pada Kamis, 11 Agustus 2016 lalu.

Lebih lanjut,  Santoso mengatakan, BCA terus memberikan dukungan terhadap Jazz Gunung Bromo sebagai bentuk komitmen terhadap musisi dan kebudayaan etnik tanah air yang senantiasa berinovasi, demi mempromosikan dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia. Diharapkan, nantinya dapat terus dilestarikan sehingga masyarakat Indonesia semakin bangga akan kebudayaan musik yang dimiliki.

Suasana kemeriahan Jazz Gunung Bromo 2013. Kolaborasi indah antara manusia, musik dan alam dalam suasana magis yang hanya ada di puncak Bromo. Foto: youtube

Jazz Gunung Bromo akan digelar selama dua hari berturut-turut, yakni pada Jumat dan Sabtu, 19 dan 20 Agustus 2016. Tema Pesta Merdeka di Puncak Jazz Raya diusung dalam pagelaran jazz yang ke-delapan ini. Dengan menggabungkan konsep budaya musik, kekayaan alam Indonesia, dan semangat nasionalisme, baik itu para musisi penampil maupun para penikmat musik yang hadir. Kolaborasi antara musik etnik dan suasana alam di puncak Bromo ini diharapkan akan bisa memberikan pengalaman lain untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia.

“Pagelaran Jazz Gunung terdahulu dilaksanakan pada bulan Juni atau Juli. Berhubung tahun ini Juni-Juli adalah bulan Romadhon, maka diundur di bulan Agustus, bulan  kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk itu pula temanya adalah Pesta Merdeka di Puncak Jazz Raya, merayakan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia dengan musik jazz di puncak gunung,” jelas Butet Kartaredjasa.

Pagelaran Jazz Gunung Bromo ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi terhadap musik jazz. Juga untuk memberi nilai tambah pada pariwisata di Gunung Bromo dan menjadikan Jazz Gunung salah satu festival seni budaya andalan dalam program pariwisata Indonesia maupun internasional.

Santoso, Direktur BCA saat menandatangani Jaket Jazz Gunung Bromo, sebagai tanda dimulainya pagelaran Jazz Gunung Bromo 2016. Ini adalah dukungan ke-lima yang dilakukan BCA dalam upaya melestarikan kebudayaan dan pariwisata Indonesia. Foto: arum sato

Menurut Sigit Pramono, Jazz Gunung Bromo ini unik. Pertama karena tempatnya yang luar biasa yaitu di alam terbuka. Amfiteater di ketinggian 2300 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan kapasitas 2000 penonton. “Ini amfiteater tertinggi yang ada di Indonesia, mungkin juga di dunia, yang menyelenggarakan musik jazz di alam terbuka,” tutur Sigit Pramono, salah satu penggagas Jazz Gunung Bromo.

Ke-dua adalah, musisi penampil disetiap pagelaran selalu berbeda. Para musisi-musisi dari dalam negeri maupun musisi luar negeri. “Kali ini kami mengundang Ian Scionti Trio, musisi dari Spanyol untuk turut memeriahkan Jazz Gunung Bromo 2016,” jelas Sigit Pramono lebih lanjut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline