Spanduk diatas saya ambil tanggal 27 Juni 2015, pukul 17:57 WIB, saat menaiki anak tangga di JPO Lenteng Agung, persisnya JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) di depan Stasiun Lenteng Agung sisi timur, arah menuju Depok. Foto: dokumen pribadi.
Oleh: Setyaningrum
Penggagas spanduk bertuliskan kata-kata di atas, mungkin sudah jengah. Dalam artian lelah fisik dan juga lelah pikiran. Mungkin Ia salah satu dari pengguna Jalan Raya Lenteng Agung, yang telah merasakan bagaimana situasi arus lalu-lintas disana. Barangkali saja ada pembaca Kompasiana maupun Kompasianer yang kebetulan berdomisili di Lenteng Agung, atau sekedar pengguna Jalan Raya Lenteng Agung, tentu akan memahami dan memaklumi terpasangnya spanduk tersebut. Mungkin juga bisa merasakan kejengahan penggagas spanduk tersebut, terhadap arus lalu-lintas di Lenteng Agung.
Sebelumnya, di pagar tempat spanduk di atas dipasang, juga telah terpasang spanduk tentang himbauan aman untuk menyeberang. Namun sepertinya warga tak mengacuhkan dan malah membiarkan spanduk menggantung di balik pagar dengan posisi terbelah dua alias terpotong. Mungkin saja, warga tidak suka diingatkan terus menerus. Dengan terpasangnya spanduk tersebut, tak mengurangi jumlah penyeberang sembarangan, juga tak menambah jumlah pengguna JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) sisi timur depan Stasiun Lenteng Agung, tempat spanduk dipasang. Warga menyeberang seperti biasa seperti tak ada spanduk itu disana.
Warga yang Nekat, atau Kendaraan yang Berlipat?
Kemacetan yang ada di Lenteng Agung tak lepas dari banyaknya perguruan tinggi di seputaran wilayah tersebut. Ketika Universitas Indonesia (UI) berpindah kampus ke Depok pada tahun 1987, dari Salemba dan Rawamangun, mulai bermunculan universitas-universitas di sepanjang Depok-Pasar Minggu. Beberapa universitas tersebut berada di Lenteng Agung. Itu salah satu faktor yang menjadikan Lenteng Agung menjadi wilayah yang strategis, berada di tengah-tengah antara Depok-Pasar Minggu. Namun, karena letak yang strategis itu juga yang menjadikan Lenteng Agung tak luput dari imbas makin padatnya arus lalu-lintas, yang berujung pada kemacetan yang hingga kini belum bisa teratasi.
Jalan Raya Lenteng Agung adalah jalan nasional yang menghubungkan antara Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi Jawa Barat, antara Jakarta Selatan dengan Depok. Orang Depok yang bekerja di Jakarta, atau orang Jakarta yang bekerja di Depok, sebagian besar pasti melewati jalan ini.
Sebelum JPO di Lenteng Agung tersebut dibangun, Kompas.com pernah menuliskan berita, Macet "Abadi" di Jalan Lenteng Agung, pada Senin, 15 Juli 2013. Kini, setelah terwujud JPO di kedua sisi Stasiun Lenteng Agung tersebut, hilang kah kemacetan di Lenteng Agung? Tidak. Berkurang mungkin iya, itupun saya rasa persentasenya tidak besar.
Kehadiran JPO yang semula diharapkan menjadi satu-satunya solusi untuk menghilangkan kemacetan di Lenteng Agung, ternyata juga tidak berfungsi dengan optimal. Mengapa? Banyak warga dan pengguna kereta yang enggan menyeberang melalui JPO.
Di sepanjang Jalan Raya Lenteng Agung-Tanjung Barat berderet 3 stasiun, yaitu: Stasiun Universitas Pancasila (UP), Stasiun Lenteng Agung (LNA), dan Stasiun Tanjung Barat (TNT). Dua diantara tiga stasiun tersebut berada di wilayah Lenteng Agung, yaitu Stasiun Universitas Pancasila dan Stasiun Lenteng Agung.