Lihat ke Halaman Asli

Vitalisme VS Eksistensialisme

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Vitalisme adalah paham di filsafat yang beranggapan bahwa kenyataan sejati pada dasarnya adalah energi, daya, kekuatan, atau nafsu yang bersifat irrasional atau tidak rasional. Dengan memberi tekanan pada kenyataan yang tidak rasional, maka vitalisme berbeda dari idealisme dan sekaligus juga dari materialisme. Vitalisme percaya bahwa kenataan sejati pada dasarnya adalah berupa energi-energi, daya-daya atau kekuatan-kekuatan non-fisik yang tidak rasional dan instingtif (liar) (Abidin, 2011, p. 32).

Acuan vitalisme terutama adalah ilmu biologi dan sejarah. Biologi mengajarkan bagaimana kehidupan ditentukan bukan oleh rasio, melainkan oleh kekuatan untuk bertahan hidup (survive) yang sifatnya tidak rasional dan instingtif (liar). Agar organisme tetap bisa survive, maka tidak ada dan tidak diperlukan pertimbangan rasional, melainkan naluri untuk mempertahankan hidup.

Sedangkan eksistensialisme tidak membahas esensi manusia secara abstrak, melainkan secara spesifik meneliti kenyataan kongkret manusia sebagaimana manusia itu sendiri berada dalam dunianya. Abidin (2011) menjelasankan bahwa istilah eksistensi berasal dari kata existere (eks = keluar, sistere = ada atau berada). Dengan demikian, eksistensi memiliki arti sebagai “seustu yang sanggup keluar dari keberadaannya” atau “sesuatu yang mampu melampaui dirinya sendiri”.

Dalam kenyaaan hidup sehari-hari tidak ada sesuatu pun yang mempunyai ciri atau karakter existere, selain manusia. Hanya manusia yang bereksistensi. Hanya manusia yang sanggup keluar dari dirinya, melampaui keterbatasan biologis dan lingkungan fisiknya, berusaha untuk tidak terkurung oleh segala keterbatasan yang dimilikinya, oleh sebab itu, para eksistensialis menyebut manusia sebagai suatu proses, “menjadi”, gerak yang aktif dan dinamis. Terutama masalah kebebasan dan kehidupan yang otentik oleh eksistensialisme dianggap sebagai dua masalah yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Manusia diyakini sebagai makhluk yang bebas dan kebebasan itu adalah modal dasar untuk hidup sebagai individu yang otentik dan bertanggung jawab.

Sumber:

Abidin, Zainal. (2011). Filsafat Manusia; Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline