Sebuah cerita sejarah tentang perjalanan Rakyan Sanjaya, putra mahkota kerajaan Galuh yang mempersatukan Galuh, Sunda dan Mataram Kuno.
SANJAYA GUGAT
By. Setyagi AM
Halaman 3
Dari cara bertempur dan cara melakukan serangan-serangannya, memperlihatkan Demung dan kawan-kawannya, selama ini sering menghadapi lawan-lawan yang memang kemampuannya jauh dibawah mereka. Sehingga kelihatan sekali banyak celah yang dapat dipakai Rakyan Sanjaya dan Permana Aji untuk menyerang balik kearah mereka. Permana Ajipun dalam hati sudah dapat mengambil kesimpulan kekuatan lawan mereka. Maka dengan mengendipkan mata pada Rakyan Sanjaya, Permana Aji akan memulai melakukan serangan pada lawan lawan mereka. Nampaknya Rakyan Sanjaya tanggap terhadap maksud Permana Aji.
Mereka berdua Rakyan Sanjaya dan Permana Aji sudah bersiap untuk melakukan serangan yang cepat dan beruntun. Sesaat kemudian Rakyan Sanjaya sudah menggebrak lawan-lawannya dengan serangan yang berputar-putar begitu cepatnya. Demung begitu terkejut mendapatkan serangan Rakyan Sanjaya.
"He...apa yang kau lakukan Rakyan, kenapa kau berputar-putar seperti hantu saja", Teriak Demung.
Tapi tak berapa lama satu teman Demung sudah roboh sambil meringis menahan sakit dipunggungnya, kemudian disusul dua kawan Demungpun kesakitan diperutnya. Tiga kawan Demung sudah tidak dapat meneruskan pertempuran. Mereka rasakan sakit yang amat sangat, yang tidak memungkinkan mereka dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Melihat anak buah Demung, ada beberapa yang roboh. Maka Permana Aji pun juga melakukan yang sama seperti yang dilakukan Rakyan Sanjaya, namun Permana Aji tidak berputar mengelilingi lawannya. Permana Aji tiba-tiba dengan cepat melompati ketiga lawan-lawannya, sehingga sekarang Permana Aji sudah berada dibelakang lawan yang sedang membelakanginya.
Lawan Permana Aji tidak menyadari bahwa Permana Aji sudah berada dibelakangnya dan siap dengan serangannya. Begitu lawannya membalikkan badan Permana Aji dengan cepatnya memukul ke arah perut lawannya. Satu lawan permana Aji roboh. Kemudian kaki Permana Aji dengan cepat menendang ke samping mengenai dada lawan yang satunya lagi. Lawannya yang terkena tendangan di dada tersebut terlempar dan berguling-guling kebelakang. Ketika orang itu mencoba mau berdiri, dadanya terasa sesak sekali dan roboh kembali.
Melihat kedua temannya sudah roboh, anak buah Demung yang lain menjadi ragu-ragu untuk menyerang. Demungpun juga mulai berpikir, tidak akan mungkin untuk dapat mengalahkan Rakyan Sanjaya dan temannya itu. Semua yang terjadi diluar perkiraan Demung, ternyata Rakyan Sanjaya dan temannya bukan lawan ringan bahkan Demung dan kawan-kawannya walau berjumlah sepuluh orang tidak dapat berbuat apa-apa. Maka akhirnya Demung berteriak, "Saya menyerah Rakyan Sanjaya".