Lihat ke Halaman Asli

Setyadi Adi

Mahasiswa

Penumpukan Bangkai Kapal di Pesisir Pantai Desa Ketapang

Diperbarui: 17 Juni 2022   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Tangerang – Warga Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang sebagian kecil berprofesi sebagai nelayan. Para nelayan di sekitar Desa Ketapang mayoritas banyak menggunakan perahu-perahu kecil dengan panjang berkisar antara empat meter hingga enam meter. Namun kini sudah banyak para nelayan yang beralih profesi, sehingga banyak perahu bekas para nelayan ditinggal hingga memenuhi muara sungai di Desa Ketapang.

Dulu para nelayan bisa mendapatkan ikan yang berlimpah, namun sejak tahun 2014 para nelayan mengalami penurunan tangkapan ikan. Penurunan hasil tangkapan inilah yang membuat para nelayan banyak yang beralih profesi dan membiarkan kapalnya di muara sungai atau pesisir pantai Desa Ketapang. Bahkan kapal yang sudah tidak beroperasi ini berjumlah puluhan kapal dan sebagian sudah tak dapat lagi digunakan hingga menjadi bangkai kapal di sekitar muara sungai dan pesisir pantai.

Penurunan hasil tangkapan ini adalah dampak dari oknum-oknum nelayan yang menggunakan bom ikan sehingga banyak terumbu karang yang seharusnya menjadi habitat alami ikan kian rusak dan hilang. Bukan hanya penggunaan bom ikan, ada juga nelayan yang menggunakan jaring dengan lubang yang kecil sehingga anak-anak ikan juga ikut terambil. “Kalau dulu saya setiap ke laut, sekali jaring itu bisa dapat banyak mas, cuman dari tahun 2014 sampai sekarang mah susah. Ya penyebabnya itu mas kadang ada aja nelayan yang pake bom sama jaring yang lubangnya kecil bisa nangkap anakan juga,” ujar pak Wardi, Nelayan Desa Ketapang, (30/5/2022).

Karena kapal yang ditinggalkan juga terdapat di sungai sebelum mencapai muara tentu hal ini juga berdampak pada warga sekitar. Dampak yang ditimbulkan adalah terhalangnya aliran sungai sehingga banyak sampah yang tersangkut di bangkai kapal. Namun demikian pemilik kapal-kapal yang tidak terpakai ini sebagian besar menolak untuk diangkut dengan alasan masih terpakai. “Sampah itu banyak yang menyangkut di kapal yang nggak di pakai itu mas, tapi kapalnya juga nggak boleh diangkut sama yang punya,” ujar Laras, Warga Desa Ketapang, (30/5/2022).

Masalah sampah yang menyangkut di bangkai-bangkai kapal juga berasal dari masyarakat yang masih mempunyai kebiasaan membuang sampah di sungai, dalam hal ini tentu pemilik bangkai kapal tidak bisa disalahkan begitu saja. “Begini mas, kalau sampah yang menyangkut di kapal-kapal nelayan itu sebenarnya kan karena masyarakatnya juga yang masih suka membuang sampah di sungai, jadi memang kesadaran masyarakatnya juga kurang karena masih suka membuang sampah di sungai begitu mas,” ujar pak Wardi, Nelayan Desa Ketapang, (30/5/2022).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline