Lihat ke Halaman Asli

Defit Setya

Student, Free Mom

Bidadari Itu, Bernama "Bunga"

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tertulis indah dihamparan putihnya
Menawan hati yang melihatnya
Seindah mawar, sewangi melati
Menelusup hingga relung sanubari

Kau seperti Dewi Nawang yang turun menuju pelangi
Mengibas telaga menghimpun sang dewi
Kayangan hati ini terusik
Dan jiwaku makin menelisik

Aku tertegun, menapmu dari bukit hatiku
Melambai merengkuh bulan nan memesona
Diri ini tak jua mejadi pujangga meluapkan isi dikalbu
Riuh, gemuruh rasa didadaku

Ntah menjelma, wahai Bunga
Berseri ditengadahnya sang jelaga
Nan haus wangi Bunga di tanam sangkala
Lamunku terguncang, hanya bergumam ria

Wahai Sang Bunga,
Biarlah sang kumbang mendekat mengitar kelopak
Dan sanubari akan ku pertaruhkan pada indahnya
Meski harus pelan, rasaku terhentak

Terkedip sang indra kian mengerling
Merayu ragaku untuk menopang apa yang merintang
Membius semburat haruku untukmu, wahai Sayang
Sampai kelopak dan hatiku berkembang

- Semangat -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline