Lihat ke Halaman Asli

Defit Setya

Student, Free Mom

Temaram Senja

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Durja
tak kulihat awan menghitam secepat tadi
Angin bertiup, membawa gumpalam awandari arah sana
seketika mendatangkan air yang tak henti

Denyut nadinya penuhi irama
meneduhkan atas temaram yang semakin menjadi
Namun tak jua teduh karena ia semakin merana
meronta dalam dan hanya terdiam dipinggirnya sudut hati

Rupanya senja tak menyapu sang jingga
hingga tak ku temui rasa yang kal itu menggebu
Luntur dengan titik titik hujan di wajahnya
gugur dan membasah satu per satu

Temaran nan durja
Ungkaplah gelapnya parade pembunuh rasa
Rasa yang pernah aku temui dikala asmara tak terpekur dalam dentuman lara
Mengubah lara menjadi bahagia

Awan yang menghitam tadi, menjelmalah
menjadi dentuman rindu yang mendahsyatkanmu
Menjadi rona yang pernah ku lihat kala ia tiada marah dan lemah
menjadi dirimu dengan auramu

*Tertulis untuk seseorang
Kau mengajariku agar tak larut




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline