Lihat ke Halaman Asli

Tikus Got Desa Pinggiran

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aku adalah seekor tikus Got, aku adalah tikus yang kuat, aku ingin dihormati, aku ingin punya lumbung padi yang tidak tidak bisa habis bahkan meski dimakan oleh keturunanku yang ke 7, 8, 9 ataupun ke 100.


peristiwa pemilihan kepala kampung ini, akan aku gunakan untuk mewujudkan impianku ini, dengan biaya pendaftaran sekitar 50 juta, bakal jarang orang yang mendaftarkan sebagai calon, jadi sainganku tidak akan banyak, mau tidak mau mereka hanya akan memilih aku, karena tidak ada pilihan lain hahahahah.

tentunya aku tidak ingin rugi donk..., karena biaya pencalonan mahal, Kalau aku terpilih nanti, untuk mewujudkan impianku, aku akan mulai bergerilya mencari lumbung-lumbung padi para petani disekitarku, untuk selanjutnya aku bisa menyedotnya untuk ku masukkan dalam lumbungku.

Tapi hasil panen tiap tahun di desa ini terus menurun, kalau aku hanya mengandalkan ini mungkin aku butuh waktu yang amat lama, sedangkan aku sudah tidak sabar melihat lumbungku penuh.

Aaahhh, mengapa aku tidak mempengaruhi para petani untuk menjual tanah pertaniannya saja??
Sebagai kepala desa nanti aku kan dapat fee 5%, dari tiap transaksi jual beli tanah, kalau tanah petani itu laku 1 milyar aku dapat fee 50 juta, kalau ada 10 orang yng menjual tanahnya dalam 1 tahun, aku bias dapat 500juta, Wow!! dan aku gak perlu repot bangun tengah malam untuk mencuri padi mereka.
Lagian posisiku lebih diuntungkan, karena para petani ini menganggap fee itu biasa, paling yang menganggap fee itu barang haram hanya KPK, ah persetan, KPK kan cuma ada di Jakarta, kalau di desa pinggiran kayak gini mana ada.

Sekarang aku harus berfikir, bagaimana caranya agar para petani ini mau menjual tanahnya. Setelah aku berfikir aku menemukan banyak sekali cara, tapi untuk sementara, aku ingin membuat para petani ini putus asa dalam bercocok tanam, kalau mereka sudah putus asa bercocok tanam cepat atau lambat mereka akan menjual tanahnya.

Mulai sekarang aku tidak perlu mengambil jatah pupuk bersubsidi dari pemerintah, atau setidaknya kalau para petani sudah panen baru aku ambil jatah pupuk bersubsidi itu, aku yakin waktu musim tanam, para petani itu kebingungan mencari pupuk, kalau panen gagal aku yakin mereka akan putus asa dalam bercocok tanam, dan tujuanku bisa terwujud, para petani itu akan menjual tanahnya hahahahah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline