Hampir setiap hari saya menggunakan skincare. Sebagai lelaki, jujur saja saya tidak pernah malu mengakui hal tersebut. Namun, tidak semua orang menganggap pengakuan tersebut sebagai sesuatu yang lumrah. Sebagian orang, baik lelaki maupun perempuan, menganggap hal tersebut sebagai hal yang tidak biasa untuk kaum lelaki. Bahkan, tidak sedikit pula yang beranggapan, lelaki yang seperti itu dianggap ke-cewek-cewek-an.
Pertanyaan saya bagi mereka yang berprasangka demikian, sejak kapan skincare punya gender? Bukannya skincare itu fungsinya untuk merawat sekaligus menjaga kesehatan kulit? Apa salahnya jika lelaki menggunakan skincare sebagai bentuk usaha untuk menjaga penampilan?
Memang, skincare yang saya gunakan terbilang tidak komplit, hanya sebagian saja. Beberapa diantaranya seperti cleanser (sabun pencuci muka), pelembab, sun screen, juga krim malam. Iya, krim malam. Meski tidak rutin, saya menggunakan krim malam untuk menghilangkan efek kusam pada wajah. Itu pun bermula dari saran istri, sih. Nah, beberapa diantaranya biasa saya bawa ke kantor karena beberapa hal yang, bagi saya cukup beralasan.
Pertama, sabun pencuci muka biasa saya gunakan setiap pagi sebelum memulai aktivitas di kantor. Perjalanan yang terbilang cukup jauh dan terkena polusi, menjadikan wajah saya rentan terlihat kusam, seperti orang yang belum mandi. Padahal, saya sudah mandi sewajarnya, sebersih mungkin yang saya bisa. Setelah menggunakan sabun pencuci muka, wajah saya selalu terlihat lebih fresh. Utamanya, saya pun menjadi lebih pede dalam bertemu rekan kerja dan berkomunikasi.
Kedua, saya menggunakan petroleum jelly sebagai pelembab untuk kulit. Saya memiliki jenis kulit yang terbilang kering. Dan memoleskan petroleum jelly adalah salah satu bentuk usaha saya yang paling nyata dalam menjaga estetika kulit. Baik di bibir, maupun area kulit yang kering.
Kulit kering biasanya akan mudah dideteksi ketika kita menggaruk salah satu anggota badan, lalu ada bekas putih bekas garukan tersebut. Nah, seperti itu gambaran kulit kering yang saya maksud. Selain itu, saya imbangi juga dengan minum air mineral yang cukup.
Ketiga, saya hampir selalu menggunakan sun screen khususnya ketika cuaca sedang panas terik. Rasanya tidak perlu saya jelaskan secara rinci bagaimana tingginya suhu cuaca di kawasan Jakarta.
Semua pasti sudah sepakat dan satu suara: PANAS! Bukan karena merasa takut kulit semakin terlihat gelap. Lha gimana, pada dasarnya kulit saya sudah berwarna sawo matang kecokelatan, kok. Justru ini adalah bentuk usaha saya yang lain dalam merawat kulit. Ya, dengan cara menggunakan sun screen pada wajah.
Masalahnya, tidak semua orang memahami usaha yang saya lakukan untuk merawat kulit sekaligus menjaga penampilan. Ada beberapa teman yang menganggap aneh karena saya memakai skin care. Saya dianggap ke-cewek-cewek-an, bahkan sempat kena julid. Sejujurnya, sempat bikin mangkel, sih. Meski pada akhirnya saya respon dengan candaan saja. Sebab, penjelasan yang saya berikan tidak diacuhkan sama sekali.
Bagi saya, baik lelaki maupun perempuan, sah-sah saja kok jika ingin menggunakan skin care. Untuk apa dipermasalahkan? Yang harus diketahui khalayak, skin care itu kan bukan hanya masker dan sejenisnya. Ada pengelompokannya. Jadi, sebelum memberi penilaian negatif, baiknya ya dicari tahu dulu, Nder. Niat mencaci, nanti malah bisa bikin malu diri sendiri.
Lucunya, sebagian dari teman yang julid akan kebiasaan saya menggunakan skin care justru tidak menyadari bahwa mereka pun sedang menggunakan salah satu jenisnya.