Lihat ke Halaman Asli

Seto Wicaksono

TERVERIFIKASI

Recruiter

Pelanggan Bukan Raja, Hargai Pegiat Usaha dan Jangan Bersikap Semaunya

Diperbarui: 17 Januari 2020   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Pixabay via dasepsuryanto.com

Saat menjadi lulusan baru, saya sempat menganggur selama beberapa bulan. Alasannya sulit saya terima hingga saat ini, yakni, karena ingin bekerja sesuai dengan jurusan perkuliahan yang notabene cukup banyak saingannya. Bahkan harus bersaing dengan yang sudah berpengalaman di posisi yang sama.

Sampai akhirnya saya menurunkan ego juga meniadakan idealisme, karena tujuan utama saya kala itu adalah yang penting bekerja dahulu agar mendapatkan pengalaman dan kemampuan di berbagai bidang, khususnya di dunia perkantoran.

Paling tidak, terbiasa dengan suasana dan hiruk pikuk kantor dengan segala kesibukannya lebih dulu.

Soal gaji? Pada tahun 2014, saya sadar diri sebagai lulusan baru meski pernah menjadi asisten dosen, tentu hal itu belum diperhitungkan sebagai pengalaman bekerja secara profesional.

Jika menjadi nilai tambah sih bisa dan memungkinkan. Namun hal tersebut tidak menjadikan saya menjadi seorang lulusan baru yang jemawa dengan menolak gaji senilai 8 juta.

Yah, pikir saya sih, sebagai lulusan baru mendapat gaji UMR saja sudah syukur. Hitung-hitung sebagai pengalaman baru dalam dunia kerja, walau harus belajar ilmu baru karena bekerja tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari selama kuliah.

Sebagai lulusan mahasiswa Psikologi, alih-alih menjadi staf HRD, pengalaman kerja pertama saya justru menjadi seorang petugas administrasi merangkap Customer Service di suatu bank ternama.

Sebagaimana orang pada umumnya saat menjalani pengalaman pertama, saya sempat merasa khawatir tidak bisa beradaptasi dengan ilmu dan lingkungan baru. Singkat kata, mental block.

Bekerja di bidang pelayanan pelanggan juga harus siap dengan jam kerja yang tidak menentu juga dengan pekerjaan yang dirasa tidak ada habis dan jedanya.

Wajar saja, namanya juga bekerja di layanan jasa. Jika terhenti produktivitasnya, tentu berpengaruh terhadap neraca keuangan perusahaan.

Itu kenapa saat hari raya dan beberapa hari libur nasional, harus siap untuk tetap masuk seperti biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline