Lihat ke Halaman Asli

Seto Wicaksono

TERVERIFIKASI

Recruiter

Luangkan Waktu Bermain untuk Anak, Walau Sedang Lelah dan Terkadang Melelahkan

Diperbarui: 14 Januari 2020   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orang tua bermain dengan anak: Johnsonsbaby.co.id

Sebagai pekerja kantoran yang sehari-harinya biasa bekerja 8 jam (+1 jam dengan waktu istirahat, itu pun jika tidak sedang lembur), lelah fisik dan pikiran ketika pulang sudah pasti menjadi hal yang biasa. Belum lagi perjalanan yang juga terasa melelahkan, membuat para pekerja membutuhkan waktu lebih untuk beristirahat.

Apalagi untuk para orang tua yang memiliki anak di periode golden age (masa keemasan), hal tersebut menjadi tantangan sekaligus dilema tersendiri. Sebab, pada waktu senggang dan ingin beristirahat, tak jarang anak mengajak bermain bersama.

Saya menjadi salah satu dari sekian banyak orang tua yang berada pada posisi tersebut. Serba salah. Mau meng-iya-kan ajakan anak tapi rasanya capek, ingin tidur, dan beristirahat di akhir pekan.

Namun, jika tidak dituruti, rasanya kok ya nggak tega membiarkan anak bermain sendiri tanpa ada teman bermain juga lawan bicara.

Ketika dihadapkan dengan situasi demikian, sebagai manusia juga orang tua biasa, tidak bisa dimungkiri terkadang saya merasa jengkel karena waktu istirahat saya terganggu.

Saya jadi tidak bisa istirahat dengan tenang dan leluasa sewaktu anak mengajak bermain. Entah hanya bermain mobil-mobilan di teras atau berjalan-jalan di sekitaran komplek.

Istri saya pun hampir selalu mengingatkan untuk mengajak anak bermain. Bukan tanpa alasan, karena dari Senin sampai Jumat saya bekerja. Berangkat ketika anak masih tidur, dan tiba di rumah pun mendekati jam tidur anak.

Dalam sehari jika ditotal, saya hanya bisa melihat anak paling lama 30 menit, setelah itu dia tidur. Atas dasar hal tersebut, saya diminta untuk "mendekatkan diri" dengan anak di akhir pekan.

Akhirnya saya berpikir, rasanya egois jika saya hanya memikirkan waktu istirahat pribadi dan tidak meluangkan waktu bermain untuk anak.

Seringkali ketika sebelum tidur, saya menatap wajah anak yang kini usianya menuju tiga tahun, yang seringkali berujung pada rasa haru dan ingatan bagaimana bahagianya saya sewaktu dia lahir ke dunia.

Lalu, saya kembali berpikir, kenapa tidak melanjutkan sekaligus mempertahankan kebahagiaan dengan cara meluangkan waktu dan mengajaknya bermain? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline