Lihat ke Halaman Asli

Seto Wicaksono

TERVERIFIKASI

Recruiter

Menjadi Pendengar Curhat yang Baik bagi Driver Ojol yang Sedang Insecure Mengenai Rezekinya

Diperbarui: 11 Januari 2020   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi driver gojek: Rengga Sancaya via Detik.com

Kemarin sore sekitar jam 16.30, hujan menerpa kawasan Jakarta Selatan. Tidak berlangsung lama, hanya sekira 40 menitan sampai dengan pukul 17 lewat. Hal tersebut memberi dampak pada volume kendaraan yang meningkat pada jam pulang kerja (antara pukul 17.00 hingga 18.00).

Arus bolak-balik menjadi sama macetnya. Saya bisa memahami hal tersebut, mungkin karena banyak orang yang memiliki pemikiran serupa, pulang dari kantor setelah hujan reda.

Antrean halte transjakarta di beberapa titik pun penuh sesak, banyak calon penumpang terlihat berdiri secara teratur hingga tangga JPO menuju halte, termasuk yang paling dekat dengan kantor saya.

Karena ogah menunggu lama, akhirnya saya memutuskan untuk naik ojol. Nggak apa-apa walaupun ongkosnya menjadi lebih mahal karena sedang high demand, yang penting bisa segera tiba di rumah.

Hanya saja, saya harus rela menunggu hampir 30 menit sampai dengan ada driver yang menerima orderan saya ke Stasiun Cawang. Sekitar pukul 18.30 akhirnya saya duduk dengan nyaman di belakang driver ojol.

Ternyata, mau naik motor pun macet tetap tidak dapat dihindari, dan di sela-sela lamunan saya meratapi macetnya kawasan Jakarta Selatan, tiba-tiba driver ojol bercerita tentang dirinya yang sedang was-was (bahasa kerennya sih insecure) dengan rezeki yang didapatnya.

Dia bercerita, saat ini jadi ojol saingannya betul-betul banyak. Siapa pun bisa menjadi mitra selama memenuhi syarat dan ketentuan perusahaan, termasuk para karyawan kantoran.

Bukan kali pertama saya mendengarkan curhatan abang ojol, jadi, sebelum saya berbicara atau menimpali curhatannya, saya lebih memilih untuk mendengar dan mencoba memahami lebih dulu seperti apa cerita sekaligus sambatannya.

Abang ojol melanjutkan, biasanya dalam sehari bisa mendapatkan minimal 15 orderan, kini dapat 5-7 saja sudah syukur. Oh iya, by the way, abang ojol yang sedang curhat ini betul-betul menjadikan ngojek sebagai mata pencaharian utama.

Di satu sisi, saya memahami bagaimana blio menggantungkan rezekinya terhadap profesi yang dia lakoni.

Namun, di sisi yang lain, saya tidak sependapat jika dia merasa rezekinya makin seret hanya karena semakin banyak orang yang bisa menjadi mitra ojol, termasuk karyawan kantoran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline