Lihat ke Halaman Asli

Seto Wicaksono

TERVERIFIKASI

Recruiter

Menjadi Penonton MasterChef dan Pelajaran yang Dapat Diaplikasikan dalam Kehidupan Sehari-hari

Diperbarui: 11 Januari 2020   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto juri MasterChef: Brilio.net

Beberapa hari terakhir, saya sedang keranjingan menonton acara MasterChef di kanal YouTube officialnya. Untuk penonton baru seperti saya, rasanya wajar jika saya lebih banyak menonton via YouTube disamping saya seringkali ketinggalan untuk menonton secara langsung melalui saluran tv.

Bahkan, Saya menyempatkan diri untuk melihat aksi para kontestan sekaligus komentar dari Chef Juna, Chef Arnold, dan Chef Renatta sewaktu berangkat kerja, di waktu senggang, sampai sebelum tidur.

Jujur saja, awalnya saya kurang suka menonton acara ini, hanya mendengar segelintir alur ceritanya dari orang lain. Tapi setelah menonton beberapa episode-nya secara mandiri, lah kok seru juga dan akhirnya ketagihan.

Itu kenapa saya baru secara intens menonton ketika sudah season 6 dan menelusuri tayangan di beberapa season sebelumnya.

Komentar yang kebanyakan saya dengar dari orang lain setelah menonton MasterChef biasanya adalah tentang bagaimana para juri memberikan komentar yang cukup pedas kepada para peserta.

Di sisi lain, bagi saya itu sih normal saja. Toh, MasterChef kan kompetisi dan juri memiliki ekspektasi tersendiri terhadap para kontestan. Ya, wajar saja jika juri seringkali memberi arahan ini-itu. Kan agar mendapatkan hasil, cita rasa sekaligus kreasi makanan, juga pemenang yang terbaik.

Selain itu, dari banyak hal yang diperbincangkan, entah soal penilaian menu masakan sampai dengan attitude para kontestan, ada beberapa hal menarik dan insight yang saya dapatkan ketika menonton MasterChef, dan bagi saya bisa diaplikasikan untuk kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa diantaranya yang layak untuk di-notice oleh khalayak:

"Jangan memberi makanan yang tidak mau dimakan oleh diri sendiri".

Pesan ini beberapa kali disampaikan oleh Chef Arnold kepada para kontestan yang membuat menu masakan yang mereka sendiri tidak ingin memakannya. Biasanya, kalau memang tidak suka atau ada alasan lain (seperti kesehatan, misalnya) masih ditolerir. Lha, ini benar-benar nggak mau memakan tanpa alasan dan hanya geleng-geleng. Ya, wajar jika Chef Arnold menyampaikan hal demikian.

Kalimat itu, jika disederhanakan kembali dalam kehidupan sehari-hari bisa berarti "perlakukan lah orang lain sebagaimana ingin diperlakukan". Kalau nggak mau dipukul, ya jangan memukul orang lain, lah. Jika kita berbuat baik sama orang di sekitar, kebaikan itu akan berbalik juga kepada kita.

Prinsip fair (jika rasa masakan enak diberi pujia , nggak enak ya dievaluasi).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline