Lihat ke Halaman Asli

Seto Wicaksono

TERVERIFIKASI

Recruiter

Catatan Seorang Perekrut - Kabar Baik #6

Diperbarui: 6 Mei 2019   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. | Dokumentasi pribadi.

Setelah melakukan proses wawancara pertama setelah resmi menjadi pengangguran, gue langsung pulang ke rumah, untuk menemui istri dan Tobio -anak gue- yang ketika itu masih berusia empat bulan. Gue pulang tanpa beban walaupun dalam kondisi pasrah, lebih tepatnya memasrahkan diri. Seperti biasa, setelah dari luar, apalagi terkena asap/polusi, gue pasti langsung mandi, karena gue ga mau Tobio terjangkit virus atau penyakit apa pun yang berasal dari luar, yang menempel di badan gue.

Selesai mandi, gue ngobrol banyak sama Nazliah soal gimana proses wawancara yang udah dilakukan, sambil buka situs pencari kerja, ya mau gimana pun gue masih pengangguran dan gue harus segera memasukan lamaran pekerjaan lagi, kan, biar peluang dapat panggilan wawancara lebih besar.

Selama gue liburan menganggur, gue selalu bantu istri gue beres-beres di rumah, nyapu, cuci baju, cuci piring, dan lain sebagainya. Paling engga, walaupun belum bisa memberi kembali nafkah, gue bisa berguna di rumah, meringankan pekerjaan di rumah. Kondisi dan suasana di rumah bisa dibilang baik, karena kami sama-sama menciptakan itu, kami masih bisa bercanda sama seperti sewaktu pacaran dulu, perlu diingat, tabungan kami terakhir gue resign itu sekitar dua juta, makin dihadapkan dengan pergantian waktu, pastinya makin berkurang sisa tabungannya. Sesekali kami kepikiran juga, sih, popok dan uang makan gimana. Haha.

Yang gue pikirkan dari awal gue jadi pengangguran pada 1 Juli 2017, harapannya adalah sebelum tanggal ulang tahun gue -20 Juli- udah kembali bekerja. Paling engga, hal itu bisa jadi kado buat diri gue sendiri. Udah hampir seminggu ga ada kabar perihal proses wawancara yang gue ikuti, sampai akhirnya tanggal 13 Juli 2017, istri gue diberi info oleh tempat gue melakukan proses wawancara terakhir, gue lolos semua tahapan dan diundang tanda tangan kontrak besoknya, 14 Juli 2017. 

Gue antara bingung dan ga percaya,

"loh? Ini gue yang diterima? Senior gue gimana ceritanya itu? Kan mereka punya pengalaman, gue hitungannya masih lulusan baru untuk posisi ini", 

Dasar emang gue lupa bersyukur, bukannya ucap Alhamdulillah lebih dulu baru bertanya-tanya, ini malah sebaliknya. Lalu kenapa kantor ngasih infonya malah ke istri gue? Karena nomor telfon gue sulit dikontak dan gue mencantumkan nomor istri gue sebagai emergency contact.

Rezeki memang ga pernah tertukar apalagi salah alamat, ada porsinya masing-masing. Tanpa rasa jumawa, gue justru masih keheranan, kenapa bisa gue yang diterima, sampai istri gue negur,

"kamu bukannya bersyukur malah nanya terus, kalau memang ternyata kamu lebih baik, mau gimana lagi?".

Setelah dengar kabar baik itu, gue langsung kasih info ke orang tua juga mertua. Kami semua ucap "Alhamdulillah" di grup keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline