Lihat ke Halaman Asli

Dilema Kreativitas (Merenungi Kembali Perjalanan Jember Fashiona Carnival - JFC)

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14090103741510967070


Perjalanan kreatifitas Jember Fashion Carnival alias JFC yang dipelopori oleh Dinand Faris menjadikan Jember dikenal sebagai Kora Karnaval Fashion memiliki dilema alias pertentangan di dalamnya. Dilema antara kreatifitas baru dan tradisi lama yang membawa perdebatan antara pentingnya dan tidak pentingnya JFC bagi warga Jember sendiri.

Realitanya JFC mampu menyedot ribuan pengunjung alias wisatawan luar Jember untuk datang ke Jember setiap tahunan. Sejak satu dekade terakhir ini, JFC merupakan daya tarik wisata yang memperkenalkan Jember ke seluruh dunia. Industri kreatif wisata di Jember berkembang dengan adanya JFC yang kemudian diduplikasi dan direplikasi oleh daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Di sisi lainnya ada kalangan yang melihat keberadaan JFC tidaklah mencerminkan tradisi Jember yang sebelumnya dikenal sebagai Kota Santri. JFC menggeser image Jember dari Kota Santri menjadi Kota Karnaval Fashion. Berbagai argumentasi dikemukakan bahwa JFC hanyalah kreatifitas orang menengah ke atas, atau ada yang mengatakan JFC merupakan kumpulan para banci.

Bagi yang tidak suka dengan JFC ternyata harus menerima kenyataan bahwa JFC telah diakui dunia sebagai kreatifitas yang telah melakukan perubahan bagi kota Jember sehingga terkenal ke seluruh dunia. Lalu muncul pertanyaan untuk yang tidak suka JFC: apa dong alternatifnya?.

Pilihannya, Membangun Kreatifitas yang melebihi dari JFC. Ada yang menyatakan sesuatu memiliki jamannya, demikian sekarang JFC memiliki jaman terkenal dan semua orang terobsesi dengan JFC, dan suatu ketika JFC akan mengalami penurunan dan stagnasi seperti halnya dulu Jember terkenal sebagai Kota Tembakau, namun tembakau ternyata juga mengalami penurunan.

Lalu yang menjadi pertanyaan setelah JFC mengalami stagnasi akan muncul era apa?. Peluang membangun kreatifitas telah dibuka oleh JFC yang dipelopori Dinanz Faris yang menuntut munculnya kreatifitas-kreatifitas baru yang bisa menjadi alternatif yang lebih baru dan lebih baik dibandingkan JFC. (Y. Setiyo Hadi / Jember, 26 Agustus 2014)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline