Bila kecenderungan generasi baru ini tidak disadari oleh para orangtua, yang notabene ikut membentuk menjadi gadget freak dalam dunianya yang sunyi, maka anak akan tumbuh dengan kekuatan egosentrisnya.
Mengapa? karena dalam kesendiriannya, dengan mengandalkan gadget yang canggih, anak merasa terpenuhi kebutuhannya dan dapat melakukan banyak hal. Dia tak perlu bertemu dengan oranglain secara langsung.
Padahal, manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Tanpa intervensi berupa interaksi fisik yang hangat dalam keluarga, anak akan tumbuh menjadi dewasa yang tidak peduli pada lingkungannya, sangat individualis, sulit bekerja dalam satu tim dengan orang lain, sulit berempati, dan kurang terampil mengelola emosinya. Padahal, berdasarkan penelitian, keberhasilan seseorang sebagian besar ditentukan oleh kecerdasan emosinya.
karenanya, orangtua harus membantu mereka dengan menyeimbangkan sisi kemanusiaannya melalui interaksi hangat keluarga. Anak-anak ini belum menyadari bahwa tuntutan perubahan yang serba cepat dan tekanan lingkungan yang begitu kuat dan berimbas pada dirinya dan menimbulkan stres yang cukup tinggi.
Dampak fisik yang berat juga beresiko dialami oleh generasi Z. Kurang bergerak yang mengakibatkan kegemukan, posisi tubuh yang lama tidak berubah menyebabkan kekuatan otot punggung dan tangan, paparan radiasi cahaya layar monitor mempercepat kerusakan mata, belum lagi terus menerus mendengarkan diri piranti yang dapat memutar ratusan bahkan ribuan lagu akan mengurang sensitivitas pendengaran.
Nha, kalau kita tidak mau anak berkembang menjadi seorang freak betulan alias aneh, lakukan sejumlah langkah. Nomor satukan tentunya, mengajarinya bijak menggunakan gadget. Tentu dengan penjelasan dan alasan yang dapat diterima sesuai umuran anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H