Lihat ke Halaman Asli

Wajah Mirip Gayus di Desa Rangkat

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

“Bu numpang nanya, ini desa apa namanya?” tanya seorang laki laki kepada bu kades, Mommy didepan Warteg  ‘Uenak Abis’ di sudut Desa Rangkat.

“Oh,…. ini Desa Rangkat mas” jawab Mommy singkat, namun agak gugup

Mommy atau bu kades berada disitu karena baru saja membeli lauk berupa ikan lele goreng, bergedel, semur jengkol, sambel terasi dan sayur bambu muda’, maksudnya rebung kesukaan pak kades, Yayok.

Sebelum menjawab partanyaan sang tamu, bu kades sedikit terperanjat. Pasalnya dia mengenal orang tersebut, wajahnya sudah familiar karena sering nongol di TeVe. Tapi bu kades lupa siapa namanya dan dalam rangka apa beracara di TeVe. Yang diingatnya hanya kerap kali sosoknya muncul dalam siaran berita. Pikir bu kades Mommy “wah ini pasti orang terpandang, terkenal dan kaya raya. Tapi ngapain nyelonong kemari?”

Tanpa membuang buang waktu, dengan sedikit terbungkuk bungkuk Mommy bertanya balik kepadanya.

“Mas,…… mas siapa, nyari apa kesini?” kata Mommy

“Hemmm……… saya Bunbunan dari Jakarta. Saya mau kekantor desa. Dimana ya…?” jawabnya sambil bertanya lagi.

“Oh,…… kebetulan. Kenalkan…….. saya Mommy, istri Kepala Desa sini. Mari…mari kita kesana….” Ujar Mommy.

Lalu keduanya bergerak menuju kantor Desa. Mommy jalan didepan, mengendari Yamaha Mio Soul yang baru dicicil dua kali itu. Sementara sang tamu mengikuti dari belakang dengan mobil MPV mewah warna hitam metalik. Didalam mobilnya, selain ada sopir juga terdapat penumpang lain, nampaknya seorang wanita muda memakai rompi, topi dan berkaca mata hitam.

Sesampainya di kantor desa, sang tamu sendirian langsung diajak masuk ruangan pak kades Yayok. Disitu rupanya sedang ada diskusi “meja setangah bundar” tentang suatu masalah warga desa, Nampak hadir komandan hansip pak Thamrin Dahlan; Sekdes Triana; anak pak kades,Cinta & Uleng Tepu; Bung Kate Rej; mbak Dewi Solihat; Bahagia Arbi,; Pengelola Salon, mbak Ita Fiani; pak David S; pak Bain Onthel dan si Abal yang kebetulan duduknya persis disebelahnya pak kades. Mereka sedang membahas penyakit panu kronis disekujur muka istrinya komandan hansip, pak Thamrin. Karena penyakitnya itulah maka beliau tidak pernah mau lagi diajak kondangan atau menghadiri acara resmi di bale desa. “Malu….” katanya. Karena saking lamanya tidak diobati, akibatnya kini menjalar menjadi sakit  pura-pura..eh... rupa rupa,.. eih.... paru paru, maksudnya.

“Assalamuallaikum,………..” sapa bu kades Mommy kepada seluruh hadirin dan hadirot.

“Wallaikum salaam…..” jawab hadirin serempak. Kecuali pak kades Yayok yang terlihat mukanya agak 'mendung'.

“Nih,….. kenalkan ada tamu dari Jakarta ingin meninjau desa kita. Namanya mas Bunbunan” ungkap Mommy kepada yang ada di ruangan itu.

Sambil menyalami satu parsatu yang hadir, sang tamu terus menebar senyuman yang kebetulan rada lesung pipit di pipi kirinya.

“Saya bermaksud mencari tanah disini dan akan saya bangun Rumah Petak bertingkat dengan fasilitas lengkap untuk disewakan dengan biaya murah” kata si tamu yang mengaku bernama Bunbunan tersebut.

“Oh,….. luar biasa bapak ini” ujar beberapa hadirot secara bersamaan.

“Namun sebelum itu, saya bermaksud membantu kesulitan yang barangkali warga rasakan disini” ujar si tamu lagi.

“Begini mas Bun, ……” timpal kepala desa, pak Yayok.“Kami sedang berdiskusi mencari biaya untuk berobat istri komandan keamanan disini mas Bun……” imbuh pak kades lagi

Tanpa ba-bi-bu lagi, mas Bunbunan langsung membuka tasnya dan mengeluarkan selembar ceque untuk diberikan kepada yang memerlukannya tersebut, sembari berucap : “terserah, mau diisi berapa jumlahnya”.

Semua yang ada disitu terbelalak matanya, terlebih si komandan hansip itu sendiri. Kaget bukan karena tidak mau menerima, tapi karena tidak faham seluk beluk uang semacam itu. Dengan malu malu kucing, dia meminta dalam bentuk BLT (Bantuan Langsung Tunai) saja.

“Sretttt…….. kresek-kresek” mas Bunbunan membuka kembali tasnya guna mengambil dua gepok uangseratus ribuan, kira kira totalnya duapuluh juta rupiah dan siap diberikan kepada sang bos hansip diatas.

Meskipun hanya berprofesi sebagi hansip kampung, pak Thamrin tidak mau kalau dirinya tidak berbuat atau memberi imbalan sesuatu terhadap si pemberi BLT. Ditengah tengah memikirkan imbalan apa yang pantas dipersembahkan buat sang tamu, tiba tiba mas Bunbunan alias si tamu meminta benda yang sedang dipegang oleh bos hansip tersebut yaitu sebuah wigalias rambut palsu, kaca mata dan jaket hitam sebagai imbalan. “Anggap saja benda benda ini saya beli dari anda. Kebetulan saya lagi butuh banget barang semacam itu” kata si tamu dengan nada gembira. Wig dan kaca mata tersebut sebenarnya hasil rampasan dari sepasang muda mudi yang kesasar di Desa Rangkat dan kebetulan kepergok hendak berbuat mesum dibelakang pos ronda beberapa hari yang lalu.

Selain memberi BLT, sang tamu juga berkehendak mangajak kedua putri pak kades,  Cinta dan Uleng Tepu untuk nontonturnamen bola tepok, gapleh dan karambol tingkat dunia di Bali. Namun hal tersebut ditolak dengan alasan anak anak sedang sibuk membuat 'contekkan' guna menghadapi ujian sekolah.

Dibalik terjadinya dialog diatas, secara diam diam si Abal memperhatikan dengan cermat wajah sang tamu. “Boss,……” bisik si Abal kepada pak kades Yayok.“Kayaknya tamu kita ini si Gayus Tambunan, koruptor kelas kakap yang kini sedang ditahan. Jangan jangan dia kabur boss….” tambah si Abal lagi

“Hush,……… kamu jangan ngelantur Bal. Masak sih,...!! Rutan Brimob khan ketat. Mana bisa dia kabur” jawab pak kades.

“Bisa saja boss. Siapa tahu dia punya ilmu sihir dan hipnotis sehingga para penjaga manut aja apa yang dia mau’in”. Kata si Abal mencoba meyakinkan pak kades.“Lagi pula ini kesempatan emas, kita tangkep dan tahan dia di pos hansip. Siapa tahu itu benar, lalu polisi membuat sayembara ‘barang siapa yang bisa menangkap buron…… hidup atau mati akan diberi hadiah ratusan juta rupiah” imbuh si Abal lagi.

Pak kades Yayok diam saja, tidak merespon permintaan si Abal. Namun sekonyong konyong kaki si Abal diinjak oleh pak kades dengan keras sambil dibisiki “Sudahlah Bal jangan dibahas lagi, kagak penting. Itu khan baru mirip belum tentu benar, lagian sekarang banyak musim mirip miripan ada mirip Megawati, Habibie, Gus Dur, Aa Gym, Barak Obama dsb. Awas lho, kamu bisa dituntut jika menuduh sembarangan”.Melihat reaksi pak kades seperti itu si Abal langsung meringis dan mundur dari ruangan, lantas memilih duduk di teras kantor sambil melamun.

Rupanya gelagat tersebut diatas ditangkap oleh bu kades, Mommy. Kemudian beliau keluar menemui si Abal untuk bertanya. “Bal,…… ada apa sih dengan pak kades, kok kamu kelihatannya kesal?” kata Mommy.

“Begini bu,…… tamu kita itu kok wajahnya mirip Gayus Tambunan si koruptor pajak. Masak begitu saja pak kades marah” jawab si Abal cemberut

“Wah,…. wah….. saya jadi ingat dan juga mengamati seperti itu. Jangan jangan itu benar si Gayus” ujar Mommy sependapat dengan si Abal

“Terus gemana bu…??” si Abal balik bertanya

“Oke lah, kita lihat saja nanti” katabu kades, Mommy, menenangkan si Abal.

Selang beberapa minggu kemudian, penyakit istripak Thamrin, kepala hansip,mulai berangsur membaik. Bersamaan dengan itu, tersiar khabar santer nan heboh bahwa ada orang yang mirip Gayus, sang koruptor, yang di Desa Rangkat mengaku bernama Bunbunan sedang asyik menikmati pertandingan tenis di Bali. Penampilannya mengenakan rambut palsu (wig), kaca mata dan berjaket hitam.Wow,……. ternyata barang barang yang dipakai untuk menyamar tersebut adalah benda yang berasal dari tangan pak Thamrin Dahlan sang boss keamanan Desa Rangkat.

Karuan saja segenap jajaran aparat desa apalagi pak Thamrin jadi kalang kabut, panik dan khawatir, kalau kalau petugas kepolisian mengusut asal muasal benda benda penyamar tersebut ke Desa Rangkat. Jika itu terjadi, bisa bisa aparat desa dengan imbalan tertentu dianggap bersekongkol sama si Gayus untuk mengelabui khalayak ramai atas tindak kejahatannya.

Kalau begitu, terus bagaimana…….???

Ya, kita cukupkan sampai disini saja dulu ceritera KENTHIR ini.

He... he... he... ini hanya joke ditengah malam.

Jakarta, 14 Nopember 2010

-Nur Setiono-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline