Kenangan Pahit.
Toko Oen, Malang
Toko ini sungguh klasik, bersitektur Belanda. Temboknya meskipun tebal tua, namun tersenyum begitu ramah pada siapapun yang datang, termasuk tiga tamu yang datang sore itu. Stefan menyatakan, Pak Kacong sebagai owner Sunise Holiday, juga meng-Handle Tourist Information Center di Toko ini. Maka melihat kedatangan Stefan yang telah dikenalnya, segera saja ia mendekat. Pak Kacong masih dalam busana kerja hari itu.
“Hai Pak Kacong!”
“Hallo Stefan. Bertemu lagi kita!?”
“Betul Pak! Oh ya perkenalkan ini Mr Ludwig dari ILO, dan Mr Johan dari OHCHR!”
“Oh yes. Kacong!” Ujarnya sambil mengulurkan tangan yang segera disambut hangat.
“Bagaimana tidurnya di Hotel Pelangi semalam …nyenyak?” tanya pria Indonesia itu sambil menoleh kearah selatan
“Wah segar, nyaman Pak Kacong!” sahut Ludwig. Di kesempatan ini, Stefan juga sedikit ingin mengakrabkan dua koleganya dari Swiss dengan tuan rumah…
“Malang ini sungguh dingin, ideal sekali untuk berlibur. Apakah Bapak berasal dari sini?” Tanya Ludwig.
“Oh, tidak. Saya berasal dari Banyuwangi…tepatnya sekitar perkebunan yang beberapa waktu lalu dikunjungi Pak Stefan,” jawab Kacong dengan pandangan menerawang. Tiap kali bercengkerama dengan seseorang tentang tanah kelahirannya, ia sering sekali hanyut. Hanyut pada berbagai kenangan yang pernah ia renda disana. Ia jadi rindu pada kali tempat ia mandi, selepas mencari kayu bakar. Juga pada teman-teman masa kecilnya, atau selepas ia dikejar para mandor perkebunan setelah mencuri mangga-mangga mereka.