Lihat ke Halaman Asli

Setiawati Fadhilah Z

Apoteker/Sekarang juga dosen di salah satu PTN di Sul-Teng tapi belum ber-NIDN. Insya ALLAH segera

Obat Hipertensi untuk Ibu Hamil

Diperbarui: 12 Juni 2024   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Grid.ID

Hipertensi termasuk penyakit yang prevalensi tinggi. Di Indoensia sendiri merupakan penyakit 5 terbesar. Kasus hipertensi yang ditemukan terjadinya karena beberapa faktor diantaranya bertambahnya usia dan banyak dialami perempuan, status ekonomi yang rendah, kebiasaan merokok, pasien dengan diabetes melitus dan berat badan berlebih. 

Hipertensi pada kehamilan termasuk dalam komplikasi kehamilan. Sekitar 10-15% kehamilan disertai dengan komplikasi tekanan darah tinggi (preeklamsia) dan berkontribusi besar dalam angka kejadian neonatal dan materna.

Sejumlah agen hipertensi digunakan untuk mengontrol hipertensi dalam kehamilan. 

Antihipertensi saat ini yang disarankan sebagai terapi lini pertama adalah metildopa dan beta-bloker seperti atenolol dan labetolol (berdasarkan anjuran dokter). Metildopa merupakan antihipertensi yang direkomendasikan dan telah banyak digunakan. Menurut National High Blood Pressure Education (2000) penggunaan metildopa menunjukkan efektivitas sebagai antihipertensi selama kehamilan serta baik untuk keamananya bagi ibu hamil dan janin. 

Adapun mekanisme kerja dari metildopa dalam menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat stimulasi alfa adrenergik sentral (di otak) untuk menghambat stimulasi simpatis perifer untuk mencegah terjadinya tekanan darah yang tinggi. Selain itu metildopa memiliki sifat vasodilatasi yang menyebabkan turunnya tekanan darah sehingga darah tetap tersirkulasi dengan baik dalam pembuluh darah. 

Tujuan pemberian antihipertensi yaitu diharapkan agar efektif mengontrol tekanan darah dan bekerja dalam jangka panjang, efek sampingnya minimal bagi ibu dan tidak membahayakan janin baik secara langsung atau dengan menurunkan perfusi placenta. 

Namun dalam penggunaan tentunya berdasarkan anjuran Dokter dan dapat konsultasikan pada Apoteker.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline