Lihat ke Halaman Asli

_setwet14_

Mahasiswa

Waktu Kematianku

Diperbarui: 9 Juni 2024   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku terlampau kesepian, harapanku sudah lama terkubur. 

Hari-hari berlalu begitu saja, tanpa teman, tanpa seorang yang dekat. 

Dalam bait-bait sederhana, kutuliskan tentang sajak kematianku. 

Rasa hampa menemaniku di setiap detik yang berlalu. Sajak-sajak patah menggambarkan perjalanan menuju keabadian.

Setiap kata yang kutulis, ada jejak kesedihan, mengharap tulisan ini menjadi penghibur kalian. 

Dalam sajak kematianku, aku titipkan harapan terakhir. Semoga keabadian membawa bahagia, di mana kesepian tak lagi menyiksa. 

Aku dan kematianku, mengukir perjalanan sepi. 

Semoga dalam keabadian nanti, aku temukan bahagia yang hakiki.

Malam itu, hujan turun deras. 

Aku duduk di kamar, memandang tetesan air di jendela. 

Di tangan, kugenggam pena dan kertas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline