Lihat ke Halaman Asli

15 Menit bersama Pak Nurhadi

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertama, ingin saya perkenalkan, Nurhadi Hafman atau Pak Nurhadi ialah seorang koordinator pendidikan yang sering menjadi gudang motivasi bagi saya. Beliau sering menanyakan ketika saya bermasalah, dan seketika itu keluarlah kalimat-kalimat emas dari mulut beliau.

Suatu ketika beliau dengan suara samar memanggil saya. "Ded, sini! Ada masalah apa?" panggil beliau. Saya datang, duduk di sofa berwarna coklat polos tempat beliau bersandar ketika sedang waktu luang. "nggaada apa-apa kok, pak!" jawab saya pelan. Beliau mulai memancing saya, "Nggamungkinnggaada, di dunia ini masalah selalu muncul ketika masalah yang lain pergi!".

Saya mulai menceritakan beberapa kata yang tersimpan. "Begini, pak! Kenapa kadang sayanggasuka pada suatu sistem gara-gara sayanggasuka dengan salah satu orang yang menjalankan sistem tersebut?" Saya mulai bertanya. "Jadi ya gitu, seperti yang bapak bilang dulu. Ketika suatu sistem telah berjalan dengan baik dan benar, masalah tidak akan muncul dari luar, justru dari dalam, atau dari yang menjalankan sistem itu sendiri. Itu sudah hukum alam. Bahkan dalam agama sekalipun. Ketika sistem agama sudah berjalan dengan baik dan benar, pertikaian tidak akan muncul dari luar, justru dari sesame pemeluk agama tersebut.” Beliau menjeda.

Saya hanya diam. Beliau melanjutkan lagi,”Jadi begitu, kalau kamu ngga suka sama salah seorang dalam suatu system, itu memang wajar, tapi bukan berarti kamu harus ngga suka dengan sistemnya juga. Coba bayangin, misalkan salah seorang muslim melakukan pengeboman, bukan berarti Islam itu agama teroris kan?”. “Betul, pak!” saya membenarkan. “ Terus, apa solusinya, pak?”saya bertanya lagi. “Ya kamu harus bisa mengondisikan diri ketika kamu berhadapan dengan orang itu. Dan yang harus kamu ingat, sebesar-besarya masalah itu pasti bisa dicari solusinya!” Beliau mengakhiri.

Itu hanya segelintir pelajaran dari banyak pelajaran yang saya dapat dari beliau. Sekian terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline