[caption id="attachment_355107" align="aligncenter" width="560" caption="Piring daun pisang, menambah suasana makin nikmat dan mantap"][/caption]
Sebelum panjang lebar ngomongin tentang nasi pagar, baiknya kita mengingat kembali nyanyian Mansyur S yang judulnya “pagar makan tanaman”.Aneh bukan,pagar kok bisa makan tanaman. Aneh lagi jika kita sarapan nasi pagar.
Pagiitu senin, 25 agustus 2014 dari kabupaten tempat saya lahir (Grobogan), sekitar pukul 07.00 WIB berangkat ke Semarang untuk ngantor. Jarak Grobogan ke Semarang via jalan Demak-Semarang kurang lebih 45 km. Dapat kita tempuh 1-1,5 jam saja, kalau tidak macet lho. Sedangkan kantor ada di Jalan raya kaligawe.
tiba-tiba teringat diskusi di Group BBM tentang asal usul nasi pagar. Sontak saja pikiran ini langsung mengarah pada penjual nasi pagar. dalam batin saya, nanti sarapan nasi pagar saja, sekalian tanya-tanya sama penjualnya. Lumayan buat bahan tulisan khan.
Setelah sesampai di Lokasi , saya pesan nasi minumnya teh anget. Bu Nani pemilik warung langsung meraciknya. warung bu Nani menempati tanah bekas gedung Bioskop kec. Godong, bukan warung permanen. Sebelum saya menyantapnya, perlu deh di abadikan nasinya dengan menggunakan foto dari Handphone android bukan produk Indonesia. Tempat nasinya dari piring daun pisang lho..penasaran khan, hemm menambah nikmat suasana sarapan pagi itu. Kalau masih kurang nambah boleh kok.
Ternyata para pembeli pada takut kena foto, katanya sih kalau orang kampung bilang, semakin banyak di foto umur kita akan semakin berkurang. Ehmmm darimana teori itu ya?. Tetapi setelah saya bilang, bu nanti masuk internet lho. Eh gak taunya pada pengen di foto “capek deh” #sambiltepukjidat.
tempatnya sederhana, tapi pembelinya cukup banyak
Setelah bincang-bincang akhirnya saya mendapatkan banyak informasi tentang nasi pagar. awal mula munculnya nasi pagar sudah lebih dari 70 tahun yang lalu, stop jangan kaget. Penjual pertama adalah seorang seorang nenek dari desa Godong kecamatan Godong.Kalau tidak tau tentang Godong coba ingaat kejadian dua tahun yang lalu. Superter PSIS bentrok dengan persipur di Godong . Nah daerah situ tuh tempatnya.
Jika masih bingung, saya kasih tau petunjuk arahnya. ketika kalian akan bepergian dari Sermarang ke Purwodadi ( Grobogan-Jateng ), berhentilah di pasang Godong. Nah disitu banyak tukan becak, tukang ojek dan pedagang kaki lima. Tanya saja nasi pagar dimana ? penjual nasi pagar di Godong bukan hanya satu saja lho, alias banyak.
Racikan nasi pagar
Dinamakan nasi pagar karena, bahan pelengkap nasimerupakan sayur-sayuran yang dapat ditanam dihalaman rumah. Misalnya, kacang panjang, daun pepaya, tauge (kecambah), srondeng (kelapa parut yang di goreng), sambel kacang, kemangi Dll. Maklum, di kampung halaman depan rumah rata-rata masih ada lahan kosong. Biasanya dimanfaatkan pemilik rumah untuk menananam sayur-sayuran. Tanaman tersebut saking banyakya membentuk sebuah pagar pembatas antara jalan dan rumah. Akhirnya warga godong menamakannya dengan sayur/janganan pagar.
Harga nasi pagar sangat murah, nasi dan sayuran Rp. 3000, gorengan RP. 500, rempeyek teri dan rempeyek kedelai Rp. 500, teh anget : 1000. Harga yang sangat murah, setelah baca tulisan ini boleh kok di praktekkan. Siapa tau ini menjadi awal bisnis kuliner kalian semua.
BuNani menghabiskan rata-rata 5-10 kg beras per hari. Nasi pagar buka mulai pukul 06.00-09.00 WIB. Kuliner lain yang bisa diperoleh di Purwodadi-Grobogan seperti Nasi Jagung http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2012/05/03/sego-jagung-purwodadi-454648.html , Nasi pecel dan Swieke Kodok.
Salam
Setiawan Widiyoko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H