Atas nama kerinduan aku berani bersuara lantang
Di depan istana sang pemenang,
Berdiri paling depan merayu menyebut namamu,
Jika harus ber Orasi aku akan memilih puisi
Yang kau bacakan setiap pagi selepas meminum kopi,
Bisa saja aku bisikan semua peluh kesetiaanku
Tapi aku pilih tegak berteriak.
Hujan mulai menyapa membasuh keringatku
Dengan kepalan tangan yang masih merayu menyambutmu,
Derap langkah kaki kuhentakan hingga tanah mulai goyah,
Tapi aku tetap dengan kepastian yang akan aku segerakan :