Lihat ke Halaman Asli

Intuisi Warung Kopi

Diperbarui: 23 Mei 2016   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Intuisi di warung kopi

 

"Ayo mampir dan bermimpilah" Sambutnya dari balik jendela tempat Awal dari segala pemikiran, tempat lahirnya sebuah kejujuran  bahkan ditengah ketidak adilan. 

Malam itu aku duduk didalam ,Sambil berbicara dalam diam :

"Kejujuran ada, pada aroma Secangkir kopi pahit yang sedap meruap, aroma yang tak pernah berdusta sekalipun gula bergumul didalamnya", manusia terlalu perasa lalu di rekayasa, kemudian mati dan berdosa.

Gelas yang digunakan masih sama ,Seperti saat aku pertama meminumnya, gelas yang getas sekalipun sakit menahan panas,

Aku dan gelas telah lama saling mencucup

Aku dan panas telah lama saling meniup

Aku dan napas bagai mesin katup.

Langit mulai mengantuk ,ketika lelaki tua dengan kacamata menulis di depan tokonya  "rasa mudah di reka, tapi tidak dengan aromanya!".

Lalu tempat itu ditutup saat aku mencium wangi terakhirnya, dengan sisa pemikiran yang belum jadi, pulanglah aku tidak membawa hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline