Lihat ke Halaman Asli

Paelani Setia

Sosiologi

Menyoal Teori Konspirasi Seputar Covid-19

Diperbarui: 14 Juni 2020   15:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: BBC.com

Slavoj Zizek dalam bukunya yang berjudul Pandemic: Covid-19 Shakes the World yang terbit pada awal April lalu mencetuskan sebuah istilah "virus ideologi" yakni adanya sebuah kepanikan besar akibat pandemi Covid-19 dan telah memicu epidemi yang lebih besar. 

Epidemi yang dimaksud berupa bangkitnya virus ideologi yang disebabkan oleh kelahiran era baru, yakni disrupsi teknologi. Bagaimana tidak, beriringan dengan berbagai upaya penanganan dan pemulihan akibat pandemi, masyarakat seakan tidak berhenti "dihantui" hoaks, teori konspirasi, hingga ledakan rasisme.

Khusus teori konspirasi yang muncul di kala pandemi Covid-19 ini, adalah berbagai penjelasan di luar penjelasan resmi dengan mengarah pada klaim sejumlah rencana tersembunyi dibalik pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh segelintir orang atau kelompok orang yang mempunyai kekuatan besar. 

Artinya, teori konspirasi yang bermunculan merupakan gambaran analisis individu atau kelompok diluar lembaga terkait (yang menangani pandemi Covid-19) dan menyebar akibat masifnya penggunaan media sosial yang mengarah pada sejumlah orang atau kelompok orang dengan pengaruh besar di dunia.

Implikasinya, sejumlah narasi-narasi seperti, (1) Virus Corona berasal dari Lab di Wuhan; (2) Virus Corona ciptaan Bill Gates; (3) Senjata biologis buatan pemerintah AS; (4) Virus Corona adalah dampak jaringan 5G; hingga (5) Corona ciptaan kaum Illuminati untuk menghilangkan populasi manusia, dan masih banyak lagi yang menjamur di khalayak publik.

Lantas, mengapa teori-teori konspirasi tersebut memenuhi jagat publik virtual masyarakat sehingga menggoyahkan ruang kesadaran di tengah pandemi?

"Rebellion Type" Merton

Sosiolog terkenal Amerika dengan bukunya Social Theory and Social Structure (1968), Robert K. Merton membahas bagaimana suatu masyarakat kemungkinan akan mengalami ketegangan akibat adanya penyumbatan kehidupan dalam setiap individu. Hal ini oleh banyak pihak diklaim sebagai teori perilaku menyimpang. 

Sebagai ilustrasi, Merton menggunakan istilah "American Dream (Mimpi Amerika)" atau sebuah tatanan kehidupan yang diidam-idamkan oleh orang Amerika, dimana apabila seorang individu tidak mencapai mimpi tersebut, maka berakibat pada terbebasnya rute pelarian ilegal atau kenakalan berbasis kemarahan. 

Dengan demikian, sebuah ketegangan akan terjadi disaat individu gagal mencapai tujuan yang ditetapkan secara kultural oleh lingkungannya, termasuk gagal menerima alat-alat yang tersedia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline