Karena menghadiri sebuah acara, siang itu saya berkesempatan makan siang di restoran sebuah hotel di Jakarta. Kesempatan seperti ini jarang-jarang, makanya saya mengeluarkan aji mumpung.
Beragam menu yang tersedia saya coba, dengan alur yang berantakan tak mengikuti urutan makanan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup. Toh nanti semua makanan bertemu juga di lambung.
Setelah makan semangkuk soto, sepiring menu prasmanan, es krim, dan potongan buah, ternyata saya masih lapar mata. Saya pun mengambil semangkuk mie ayam, makanan favorit saya. Jarang-jarang kan makan mie ayam di hotel, biasanya di pinggir jalan.
Saat duduk sambil menikmati mie ayam, teman saya datang membawa piring berisi sepotong roti.
"Di hotel kok makan mie ayam to Mas," katanya.
"Saya pengin nyobain saja gimana rasanya makan mie ayam buatan chef hotel," kata saya.
Dengan penuh gaya, teman saya pun mulai mencicipi roti. Garpu beberapa kali ditusukkan ke permukaan roti, "Kok rotinya keras ya." Teman saya kemudian mengambil roti dengan tangan dan penuh percaya diri menggigit roti, "Wah keras!"
Roti itu kembali diletakkan di piring. Karena penasaran, saya memukulkan sendok ke permukaan roti. "Iya keras. Roti apa to ini." Teman-teman lain yang duduk semeja juga ikut penasaran.
Saya pun bertanya, mengambil roti di sebelah mana. Teman saya menunjuk arah sudut restoran. Saya pun menuju tempat roti yang diambil teman saya.
Saya langsung terkekeh membaca tulisan yang terpampang di dekat tumpukan roti: DISPLAY ONLY. Walaupun bentuknya sangat mirip dengan roti, ternyata itu hanya roti palsu untuk pajangan saja.